Distribusi vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak perlu dipercepat. Langkah tersebut diharapkan dapat mencegah penyebaran penyakit tersebut menjadi lebih luas sehingga menyebabkan kerugian lebih besar.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta memperkirakan konsumsi sapi akan makin tinggi menjelang Idul Adha. Meluasnya wabah PMK lanjut dia bisa memicu kelangkaan sapi sehingga akan merugikan konsumen.
“Di sisi lain, peternak juga dirugikan karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani PMK,” jelas Aditya di Jakarta, kemarin. Aditya menyebut, distribusi vaksin perlu dipercepat di daerah-daerah dengan tingkat ketertularan PMK yang tinggi dan sejumlah sentra penghasil sapi.
Menurutnya, setiap pulau juga perlu memiliki pusat karantina hewan dan bibit hewan ternak yang diimpor untuk menghindari penyebaran virus dengan cepat melalui udara.
Selain itu proses pengawasan dan karantina yang ketat oleh Bea Cukai dan juga di Rumah Potong Hewan (RPH) untuk sapi dapat meminimalisir penyebaran penyakit menular hewan.
Ia mengatakan walaupun PMK diduga berasal dari sapi impor, Indonesia memang masih membutuhkan impor untuk memenuhi kebutuhan daging sapinya. Proyeksi Kementerian Pertanian menunjukkan sekitar 30-40% kebutuhan daging sapi nasional dipenuhi melalui impor, terutama daging maupun sapi bakalan dari Australia.
“Ketersediaan sapi dalam negeri dipengaruhi oleh keterbatasan industri pembibitan sapi, rantai distribusi yang panjang, dan tingginya biaya transportasi dan logistik karena karakteristik negara kepulauan yang besar,”tegasnya.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas