Dalam menyerap kembali emisi CO2, perkebunan sawit berperan sebagai paru-paru ekosistem. Fungsi paru- paru yang melekat pada tanaman sawit terkait dengan penyerapan neto karbondioksida dari atmosfer bumi atau neto penyerapan fotosintesis dan respirasi serta memasok oksigen ke atmosfer bumi.
Penelitian Henson (1999) dalam laporan PASPI menyebutkan bahwa secara netto, satu hektar kebun sawit mampu menyerap 64,5 ton karbondioksida dan memproduksi 18,7 ton oksigen setiap tahunnya. Sementara itu, satu hektar hutan secara netto hanya mampu menyerap sekitar 42,4 ton karbondioksida dan menghasilkan oksigen sekitar 7,1 ton.
“Artinya perkebunan kelapa sawit lebih unggul daripada hutan dalam fungsi penyerapan karbon dioksida dari atmosfer bumi dan produksi oksigen,” catat laman Palm Oil Indonesia.
Penyerapan netto CO2 pada perkebunan sawit lebih besar dibandingkan hutan tropis. Hal ini disebabkan pada hutan tropis umumnya sudah pada kondisi steady state, dimana laju fotosintesis dengan laju respirasi sudah seimbang. Sebaliknya pada perkebunan sawit, laju fotosintesis masih jauh lebih besar dibandingkan laju respirasi.
“Dengan kemampuan carbon sink tersebut, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia yang mencapai 16,3 juta hektar mampu menjadi mesin penyerap CO2 dari atmosfer bumi sebesar 1035,3 juta ton CO2 setiap tahun. Hal ini berarti perkebunan sawit mengurangi konsentrasi CO2 atmosfer bumi yang diperkirakan telah berlebihan,” catat laporan PASPI.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Bukan Mobil atau Motor, Pria Ini Naik Babi Terobos Banjir
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?