Melansir laman Palm Oil Indonesia pada Kamis (9/6), karakteristik kelapa sawit sebagai tanaman minyak nabati tropis dengan siklus produksi selama 25 tahun, berukuran besar dan produktivitas minyak yang tinggi menyebabkan penggunaan pupuk dan pestisida untuk memproduksi satu ton minyaknya lebih hemat/sedikit, dibandingkan tanaman kedelai dan rapeseed. Implikasinya ialah polutan tanah/air yang dihasilkan juga paling sedikit dibandingkan kedua tanaman minyak nabati tersebut.
Studi FAO (2013) juga menujukan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida untuk memproduksi satu ton minyak kedelai dan minyak rapeseed lebih tinggi dibandingkan kelapa sawit. Implikasinya, polusi dari residu pupuk dan pestisida untuk memproduksi satu ton minyak kedelai dan minyak rapeseed juga lebih tinggi dibandingkan kelapa sawit. Artinya tanaman kelapa sawit lebih hemat polusi atau tanaman yang paling sedikit mencemari air dan tanah.
Residu pupuk dan pestisida dari proses produksi tanaman minyak nabati tersebut berpotensi mencemari lahan dan air (FAO, 2013) dan mengancam kehidupan biota, baik yang ada di dalam tanah maupun pada perairan.
“Tanaman minyak kedelai menghasilkan residu pupuk dan pestisida terbesar sehingga lebih mencemari kehidupan biota dalam tanah dan air. Sebaliknya, tanaman kelapa sawit menghasilkan emisi pupuk dan pestisida yang lebih sedikit sehingga potensi sebagai ancaman terhadap kehidupan biota dalam tanah dan air relatif lebih rendah,” catat laman Palm Oil Indonesia.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
[ANALISIS] Peringatan Keras Panglima TNI Untuk Prajurit Aktif Rangkap Jabatan
Jokowi Diminta Sembunyi Dulu 5 Tahun
Tegas! Dikontak Pertamina, Fitra Eri Tolak Tawaran untuk Bantah Isu Pertamax Oplosan
Intip Dua Sosok Istri Tersangka Mega Korupsi Minyak Mentah, Langsung Gembok Akun Medsos