Kabar pengurangan karyawan startup tersebut mulanya datang dari platform edutech Zenius, disusul platform fintech pembayaran LinkAja, dan terbaru adalah platform e-commerce JD.ID.
Kementerian Ketenagakerjaan sebelumnya mencatatkan lebih dari 1,2 juta karyawan dari 74.439 perusahaan terdampak kehilangan pekerjaan. Selain itu, gencarnya otomatisasi dan robotisasi pun dapat menambah risiko lebih banyak masyarakat Indonesia kehilangan pekerjaan dalam waktu dekat.
Menurut data yang diterbitkan pada November 2020 di Journal of Robotics and Control, pada 5 negara ASEAN yang diteliti, peneliti menemukan bahwa 56% karyawan saat ini menghadapi risiko tinggi otomatisasi.
Para ekonom juga mengatakan salah satu sumber masalah PHK adalah terkait pendanaan di mana startup-startup ini masih butuh pendanaan untuk bisa beroperasional. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan ketika gagal mendapatkan pendanaan, biasanya perusahaan akan kelimpungan hingga tidak bisa beroperasi secara normal.
"Makanya mereka biasanya melakukan layoff kepada karyawannya untuk menghemat budget. Model utama mereka yang masih bakar uang memang menjadikan mereka masih ketergantungan dengan pendanaan dari Venture Capital atau sumber pendanaan lainnya," katanya saat dihubungi tim Polhukam.id, Rabu (8/6/2022).
Ia juga mengungkapkan startup di Indonesia tumbuh sangat cepat pada beberapa tahun terakhir dengan peringkat jumlah startup di Indonesia adalah nomor 5 dunia. Dan terjadilah peningkatan pertumbuhan cukup tajam dalam hal jumlah startup.
"Namun, permasalahan di tahun ini adalah potensi pendanaan yang semakin sedikit. Jika kita mengacu pada data dealroom, pendanaan pada tahun ini akan turun jauh dibandingkan tahun depan," ujarnya.
Nailul mengungkapkan saat ini memang harus mulai memikirkan untuk keluar dari jebakan bakar duit. Kemudian juga harus pintar mencari perusahaan Venture Capital yang dipercaya oleh beberapa perusahaan besar sehingga Venture Capital lainnya tertarik untuk memberikan pendanaan lanjutan.
"Saya kuatir kalau semakin sedikit pendanaan, kemudian startup semakin banyak dan eskponensial, bisa terjadi bubble. Ditambah lagi nampaknya The Fed juga melakukan kebijakan pengetatan uang yang paling enggak berpengaruh negatif ke beberapa perusahaan startup digital di hampir seluruh dunia," tutupnya.
Sumber: suara.com
Artikel Terkait
[ANALISIS] Peringatan Keras Panglima TNI Untuk Prajurit Aktif Rangkap Jabatan
Jokowi Diminta Sembunyi Dulu 5 Tahun
Tegas! Dikontak Pertamina, Fitra Eri Tolak Tawaran untuk Bantah Isu Pertamax Oplosan
Intip Dua Sosok Istri Tersangka Mega Korupsi Minyak Mentah, Langsung Gembok Akun Medsos