Prabowo dan Dosa Warisan Jokowi: 'Mengapa Setia Tak Bertepi?'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Sejak peralihan kekuasaan dari Jokowi ke Prabowo, berbagai masalah di era Jokowi terungkap satu per satu.
Hampir setiap hari publik disuguhi fakta baru yang mengindikasikan buruknya tata kelola pemerintahan sebelumnya—dari dugaan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, hingga kebijakan ekonomi yang terbukti gagal.
Semua ini seakan menjadi warisan yang harus ditanggung oleh Prabowo sebagai presiden baru.
Namun, alih-alih membersihkan pemerintahan dari noda masa lalu, Prabowo justru terlihat tetap setia kepada Jokowi, seakan menjalankan misi dengan sumpah setia tanpa batas—bak tentara yang telah dikirim ke medan perang tanpa jalan pulang, “point of no return.”
Kesetiaan yang Membingungkan
Dalam sejarah politik Indonesia, transisi kekuasaan sering kali diiringi dengan upaya cuci tangan dari kesalahan pemerintahan sebelumnya.
Pemimpin baru biasanya berusaha menegaskan perbedaan dengan pendahulunya, setidaknya demi mendapatkan kepercayaan publik.
Namun, Prabowo justru mengambil jalur yang berbeda.
Ia tetap membela dan melanggengkan pengaruh Jokowi dalam pemerintahannya. Pertanyaannya, mengapa?
Banyak yang menduga bahwa Prabowo terjerat dalam kompromi politik yang telah dirancang jauh sebelum pemilu.
Kesepakatan di balik layar antara dirinya dan Jokowi membuatnya terikat untuk tidak menyingkap lebih dalam berbagai skandal yang dapat menjatuhkan nama baik pendahulunya.
Padahal, sebagai presiden baru, ia memiliki kesempatan emas untuk melakukan reformasi besar-besaran dan memutus rantai korupsi serta penyalahgunaan kekuasaan yang diwariskan Jokowi. Sayangnya, hingga kini, keberanian itu tak kunjung terlihat.
Warisan Jokowi: Beban atau Kesempatan?
Prabowo mewarisi kondisi ekonomi yang penuh utang, infrastruktur yang belum tentu efektif secara ekonomi, serta kebijakan populis yang membebani anggaran negara.
Seharusnya, ia bisa menjadikan momen ini sebagai titik balik untuk membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang mandiri dan berani.
Namun, dengan mempertahankan loyalitasnya kepada Jokowi, Prabowo justru mengesankan dirinya sebagai penerus tanpa visi yang jelas.
Lebih ironis lagi, publik mulai merasakan bahwa Prabowo bukan hanya sekadar melanjutkan kebijakan Jokowi, tetapi juga melindungi figur-figur yang terlibat dalam berbagai skandal.
Tidak ada sinyal tegas dari Prabowo untuk menindak tegas para pelaku korupsi atau mereka yang bertanggung jawab atas kegagalan kebijakan di era Jokowi.
Seolah-olah, pemerintahan baru ini hanya menjadi versi lain dari pemerintahan lama, dengan wajah berbeda tetapi esensi yang sama.
Akankah Prabowo Bangkit dari Bayang-Bayang Jokowi?
Prabowo masih memiliki waktu untuk membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang berbeda dari Jokowi.
Namun, hal itu hanya mungkin jika ia berani mengambil langkah tegas dalam membersihkan pemerintahan dari warisan bobrok sebelumnya.
Jika tidak, ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang Jokowi dan kehilangan kesempatan untuk membangun citra sebagai pemimpin yang kuat dan berdaulat.
Bagi rakyat, harapan terhadap Prabowo semakin menipis seiring dengan sikapnya yang terus mempertahankan kedekatan dengan Jokowi.
Jika hal ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin ia akan dikenang sebagai presiden yang hanya menjadi perpanjangan tangan kekuasaan sebelumnya—sebuah tragedi bagi demokrasi yang seharusnya membuka ruang bagi perubahan yang lebih baik. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
VIRAL Unggahan Warganet Lakukan Uji Coba Pertalite RON 90, Hasilnya Bikin Syok!
KPK Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar di Kasus e-KTP
KPK Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar di Kasus e-KTP
Lukisan Tikus Garuda Diturunkan, Fadli Zon: Tak Ada yang Memerintah