Kebijakan larangan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan produk turunannya pada akhir April lalu dinilai cukup berdampak positif terhadap harga minyak goreng.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menilai kebijakan larangan ekspor itu berdampak signifikan dalam menurunkan harga minyak goreng. Di Mei 2022 komoditas minyak goreng mengalami deflasi.
“Kebijakan melarang ekspor CPO terbukti dimana minyak goreng mengalami deflasi,”Kata Margo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/6). Sebelumnya Presiden Joko Widodo menegaskan sedari awal pemerintah sudah memahami efek dari pelarangan ekspor CPO, termasuk bagi penerimaan negara.
“Namun pemerintah tetap menempuh kebijakan ini demi memenuhi kebutuhan rakyat,” Ucap Jokowi. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menambahkan kebijakan pelarangan ini merupakan upaya untuk mewujudkan ketersediaan bahan baku serta pasokan minyak goreng dalam negeri.
Lewat kebijakan pelarangan ini diharapkan harga minyak goreng bisa sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14 ribu per liter. Pemerintah sendiri sudah mengambil berbagai cara untuk mengendalikan harga minyak goreng.
Baca Juga: Kemenperin Catat Penyaluran Minyak Goreng Curah Capai 396,5 Ton
Dari menetapkan satu harga acuan, memberikan subsidi, menerapkan DMO dan DPO hingga mematok HET.
Sumber: suara.com
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas