polhukam.id -- Jembatan sepanjang 1.100 meter dibangun jadi penghubung Jawa Tengah dan Jawa Timur, menjadi ikon infrastruktur penting yang menggalang pertumbuhan ekonomi kedua provinsi.
Dibangun untuk mengatasi keterbatasan akses oleh Sungai Bengawan Solo yang dalam dan deras, jembatan ini bukan hanya simbol infrastruktur, tapi juga kunci untuk meningkatkan konektivitas ekonomi kedua provinsi.
Sebelumnya, warga hanya bisa menyeberangi sungai dengan perahu untuk mencapai Bojonegoro atau Blora.
Dengan hadirnya jembatan ini, aksesibilitas menjadi lebih mudah, aman, dan memberi dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi lokal.
Jembatan ini menjadi penghubung Desa Luwih Haji di Kecamatan Ngraho, Bojonegoro, dan Desa Medalem di Kecamatan Kradenan, Blora yang diberi nama Jembatan Terusan Bojonegoro-Blora.
Dibangun pada tahun 2020, lebarnya mencapai sembilan meter.
Baca Juga: Kondisi Terkini Dermaga Kampung Kapitan dan Pelabuhan Sungai 7 Ulu Usai Ditabrak Kapal Tongkang
Dana sebesar Rp97,5 miliar digunakan untuk pembangunan ini, hasil kolaborasi antara Pemkab Blora dan Bojonegoro, dengan kontribusi dari APBD Bojonegoro sebesar Rp97,632 miliar dan APBD Blora sebesar Rp8,251 miliar.
Pembangunan jembatan melibatkan pengujian cermat dari Kementerian PUPR untuk memastikan keamanan dan kelayakan operasional.
Proses ini dimulai sejak Juli 2020, menjamin kehandalan bagi masyarakat yang menggunakannya.
Jembatan BTT tidak sekadar simbol kemajuan infrastruktur, tetapi juga sebuah harapan bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan wilayah sekitarnya.
Dengan konstruksi megahnya, jembatan ini menjadi fondasi yang kuat bagi perkembangan ekonomi dan sosial di Jawa Timur dan Jawa Tengah. (*)
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: ayopalembang.com
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas