Dinilai Gagal, China Loyo ke Negara-negara Pasifik?

- Selasa, 31 Mei 2022 | 19:30 WIB
Dinilai Gagal, China Loyo ke Negara-negara Pasifik?
Polhukam.id, Beijing - China gagal "mengikat" 10 negara di Pasifik untuk menyepakati kesepakatan luas yang mencakup ranah keamanan hingga perikanan, Senin (30/5/2022). Alasannya, sejumlah pihak masih khawatir akan prospek kawasan.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengadakan pertemuan dengan menteri luar negeri dari 10 negara kepulauan Pasifik di Fiji, Senin (30/5/2022). Pertemuan ini digelar di tengah-tengah tur diplomatik Wang untuk memperdalam hubungan dengan negara-negara Kepulauan Pasifik.

Baca Juga: Sodori Kerja Sama ke Negara Pasifik, China Janji Jadi Teman Baik

Usai pertemuan, Wang dan Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama menggelar konferensi pers selama 30 menit. Keduanya lalu langsung meninggalkan panggung saat para wartawan mencoba meneriakkan pertanyaan mereka.

Keadaan itu membuat rincian hasil pertemuan tidak dipaparkan. Namun, jelas menunjukkan bahwa kumpulan negara-negara Pasifik ini tidak mendukung rencana China.

"Seperti biasa, kami selalu mengutamakan mufakat di antara negara-negara kami dalam setiap diskusi mengenai kesepakatan kawasan," kata Bainimarama, pada Minggu.

Sebelum pertemuan, China mengirim draf komunike dan rencana aksi lima tahun kepada negara-negara yang diundang dalam pertemuan. Mereka antara lain Samoa, Tonga, Kiribati, Papua Nugini, Vanuatu, Kepulauan Solomon, Niue, dan Vanuatu.

Namun, rancangan komunike tersebut ditentang Negara Federasi Mikronesia. Presiden Negara Federasi Mikronesia David Panuelo mengatakan kepada para pemimpin negara Pasifik lainnya bahwa dia tidak akan mendukung rencana China. Panuelo mengingatkan, kehadiran China di Pasifik dapat meningkatkan ketegangan geopolitik dan mengancam stabilitas regional.

"Ini adalah satu-satunya kesepakatan yang mengubah secara besar-besaran di Pasifik dan dalam kehidupan kita. Ini dapat membawa era Perang Dingin baru dan Perang Dunia yang paling buruk," ujar Panuelo.

Draf perjanjian yang diperoleh Associated Press menunjukkan, China ingin melatih petugas polisi Pasifik, termasuk bekerja sama dalam “keamanan tradisional dan non-tradisional”, dan memperluas kerja sama penegakan hukum. China juga ingin mengembangkan rencana kelautan untuk perikanan, mencakup tangkapan tuna yang menguntungkan di Pasifik.

China ingin meningkatkan kerja sama dalam menjalankan jaringan internet di kawasan Pasifik, dan mendirikan Institut Budaya Konfusius. China juga menyebutkan kemungkinan membentuk kawasan perdagangan bebas dengan negara-negara Pasifik.

Kemenangan kecil

Meski gagal mengikat seluruh kawasan, namun China meraih kemenangan kecil dengan menggalang kerja sama secara individu dengan sejumlah negara Pasifik tersebut. Di Samoa, kesepakatan dibuat untuk membangun laboratorium sidik jari polisi, untuk melengkapi akademi pelatihan polisi yang didanai China.

Keterlibatan China di kawasan Pasifik memiliki sejarah panjang. Banyak diaspora China di Fiji membuka toko dan bisnis lainnya. Namun, pendekatan China ke negara-negara Pasifik telah meningkatkan kekhawatiran internasional, terkait ambisi militer dan keuangan Beijing di wilayah tersebut.

Baca Juga: Jet Tempur J-16 China dan Pesawat Pembom Rusia Bikin Gemuruh Langit, Suasananya Ngeri

“Ada sisi baik dan sisi buruk. Kami mendapatkan lebih banyak uang untuk mendorong ekonomi, tetapi kemudian ada juga sisi di mana mereka membawa banyak hal baru bagi budaya Fiji," ujar seorang mahasiswa di University of the South Pacific, Nora Nabukete.

Nabukete khawatir tentang sisi yang lebih buruk yang telah dikaitkan dengan investasi China di Fiji. Misalnya, masuknya perjudian, geng, dan narkoba.

Dia mengatakan, bersekutu dengan China dapat berarti bahwa Fiji menciptakan ketegangan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Dia berharap, Fiji tidak mendukung kesepakatan Wang. 

Sumber: republika.id

Komentar

Terpopuler