“Salah satu cara untuk bisa biasa dengan hal-hal tidak biasa, adalah dengan membiasakan diri dengan hal yang tidak biasa itu.” -Brian Khrisna
polhukam.id -- Pengalaman 20 tahun menemani orang tua berjualan nasi di Taman Lansia Bandung membuka mata Brian Khrisna akan kehidupan para marjinal. Hijrahnya ke Jakarta untuk mencari kerja selepas kuliah pada 2014, menariknya lebih dalam ke sosok-sosok pinggiran yang ‘tak terlihat’ tapi sebenarnya ada dan nyata.
Semua ketertarikan itu tertuang dalam “Sisi Tergelap Surga”, buku terbarunya yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama tahun ini. Buku ke-delapan Brian tersebut berlatar belakang sebuah kampung di Jakarta, dunia yang jauh dari hingar bingar megahnya sang kota metropolitan.
“Surga di sini bukan maksudnya religi, bukan religi sama sekali. Ini tentang, di megahnya kota Jakarta ada satu kampung kecil berisi orang-orang yang selama ini tersisih, yang selama ini ada di sekitar kita,” ujar Brian saat mengunjungi polhukam.id, Jumat, 23 Desember 2023.
Brian berhasil dengan epik menonjolkan 18 karakter di dalam bukunya, yang masing-masing karakter berkutat dengan pekerjaan dan permasalahan yang berbeda. Pembaca banyak dibuat tertohok dengan isu-isu sosial yang selama ini kerap tabu untuk dibicarakan.
Brian juga tanpa ragu membahas stigma masyarakat terhadap perempuan. Misalnya, padangan negatif terhadap perempuan-perempuan berumur yang tak kunjung menikah atau perempuan berpendidikan tinggi yang dianggap sulit mendapatkan pasangan.
Ada pula kisah tokoh antagonis oknum pejabat yang menyalahgunakan jabatannya dengan memeras rakyat kecil. “Setiap bab punya karakter masing-masing, di bab akhir semua bersatu,” ungkapnya.
Brian mengungkapkan, buku ini merupakan hasil risetnya sendiri sejak 2018 di Jakarta. Sempat ditolak banyak penerbit, “Sisi Tergelap Surga” akhirnya berhasil menarik minat Gramedia Pustaka Utama.
Melalui buku ini, penulis kelahiran Bandung 32 tahun lalu tersebut mengaku ingin menyuguhkan konflik-konflik masyarakat yang selama ini tak terlihat. Ia berharap telusurnya bisa mendorong empati banyak orang terhadap kaum marjinal agar tak selalu dianggap sebelah mata.
“Aku pengennya, setelah orang-orang baca buku ini, akhirnya bisa tumbuh empati juga, memanusiakan manusia juga. Akhirnya mata jadi terbuka kalau orang-orang kayak gini ada,” katanya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: ayobandung.com
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas