Anies Diam, Biar Partai Politik yang Akan Meminang: Fokus Kerja Aja, Pak!

- Minggu, 29 Mei 2022 | 11:40 WIB
Anies Diam, Biar Partai Politik yang Akan Meminang: Fokus Kerja Aja, Pak!
Polhukam.id, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, disarankan tak perlu masuk partai politik, meski didorong sebagai calon presiden pada Pilpres 2024. Posisinya sebagai tokoh nonparpol, justru bisa memudahkannya memperoleh tiket dari partai-partai politik di Senayan.

“Nggak perlu masuk partai. Dia (Anies) ini justru sebagai penarik pemilih bagi partai politik,” ujar Direktur Eksekutif Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (SIGMA) Hendra Setyawan, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca Juga: Nasib Anies Dipertaruhkan di Formula E: Lawan Lakukan Berbagai Cara Buat Gagalkan Ajang Itu

Dia menganalisa, peta politik Pilpres 2024 mewajibkan koalisi parpol untuk menang. Saat ini, hanya PDIP yang bisa mencalonkan kadernya sebagai capres, karena dianggap yang paling memenuhi aturan main ambang batas pencalonan presiden alias Presidential Threshold (Preshold) sebesar 20 persen.

Sementara partai papan atas lainnya seperti Gerindra, Partai Golkar, hingga Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), memerlukan koalisi. Sedangkan PDIP, kalaupun berkoalisi dengan Partai Gerindra, hanya mengusung Prabowo Subianto-Puan Maharani saja yang dianggap solid. “PDIP-Gerindra begitu mesra, Megawati juga dekat dengan Prabowo. Lainnya belum nih,” katanya.

Menurutnya, Partai Golkar dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) ini belum menentukan pasangan capres. Tentunya, Partai Golkar akan ngotot mencapreskan Airlangga Hartarto.

Pun, dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Hingga saat ini masih konsisten mencapreskan Ketua Umumnya, Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Nah, partai yang tersisa, seperti Partai NasDem, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang kelihatannya cenderung ingin mengusung Anies Baswedan. 

“Saran saya, Anies fokus saja bekerja. Popularitasnya terus naik kok. Biar partai-partai itu yang sibuk berkoalisi dan nantinya sepakat mencapreskan Anies,” ujarnya.

Mantan aktivis 98 ini menilai, Pilpres di Indonesia ini memiliki karekater yang unik. Justru, bukan ketum partai yang dicapreskan tampil sebagai pemenang. Misalnya, SBY di medio 2004-2014, bukanlah seorang ketum partai. SBY menggantikan Anas Urbaningrum sejak 2013.

Kemudian ketika Jokowi berkuasa, Dia justru terkenal sebagai petugas partai dan Wali Kota Solo. “Sejarah mencatat, SBY dan Jokowi itu adalah penarik pemilih. Sosoknya yang dipilih, kemudian berdampak baik terhadap partai pendukungnya,” sebutnya.

Menurutnya, Anies saat ini menjadi magnet banyak parpol untuk dijadikan jagoan di Pilpres 2024. Tidak hanya partai Senayan, partai nonparlemen maupun partai baru bisa saja tertarik mendukung Anies di pesta demokrasi mendatang.

“Justru, ketika Anies masuk ke salah satu partai, ceritanya bisa jadi lain,” pungkasnya.

Apa tanggapan relawan? Ketua Umum Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) Syarief Hidayatullah menyerahkan sepenuhnya kepada Anies untuk memilih berpartai atau tidak. Itu, adalah hak sebagai warga negara. “Tetapi saya melihat, Pak Anies sepertinya tidak akan masuk parpol. Beliau tetap di luar sebagai akademisi,” ujar Syarief kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Syarief mengamini, Anies tidak wajib menjadi kader salah satu partai untuk berkontestasi di Pemilu. Sang Gubernur, baginya adalah tokoh pemersatu bangsa sekaligus jawaban atas kepemimpinanIndonesia untuk pesta demokrasi mendatang. 

Sumber: rm.id

Komentar