Penjualan kepemilikan saham di Petrosea adalah bagian dari strategi Perseroan untuk mengurangi eksposur di sektor batubara dan memperkuat diversifikasi di luar bisnis batubara.
"Hasil transaksi akan digunakan untuk mendukung investasi baru Indika Energy dan mengoptimalkan manajemen liabilitas. Transaksi ini juga akan membuat Indika Energy menghemat biaya modal, serta memperkuat posisi keuangan dengan berkurangnya liabilitas secara konsolidasi," tutur Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan Group CEO Indika Energy, dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (25/5/2022).
Sebelumnya pada tanggal 18 Februari 2022, Perseroan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat (CSPA) dengan PT Caraka Reksa Optima (CARA) sehubungan dengan rencana penjualan seluruh saham di Petrosea atau sejumlah 704.014.200 saham yang mewakili 69,8% kepemilikan saham Perseroan di Petrosea.
Valuasi yang disepakati adalah setara dengan USD210 juta. Dengan demikian, perkiraan nilai penjualan dari transaksi ini sejumlah USD146,58 juta. Petrosea adalah perusahaan multi-disiplin yang bergerak di bidang kontrak pertambangan khususnya batubara dengan pengalaman selama 50 tahun.
Menurut Azis, Indika Energy akan terus mengkaji portofolio usahanya, mengutamakan aspek berkelanjutan, serta fokus melakukan diversifikasi di luar sektor intinya di bidang energi dan pertambangan.
"Transaksi ini merupakan salah satu upaya kami untuk meningkatkan pendapatan sebesar 50% dari sektor non-batubara, serta mengembangkan bisnis yang sejalan dengan komitmen Environmental, Social, and Governance (ESG) perusahaan menuju netral karbon pada tahun 2050," ujar Azis.
Perseroan juga merilis Laporan Konsolidasi untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2022 (3M-2022). Perseroan membukukan Pendapatan USD830,8 juta-meningkat 58,2% dibandingkan USD525,2 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Salah satu faktor dari peningkatan ini adalah indeks harga batubara Newcastle yang meningkat menjadi USD263,7 per ton dari sebelumnya USD86,1 per ton pada 3M-2021.
Sepanjang 3M-2022, Perseroan memproduksi 8,1 juta ton batubara yang terdiri dari PT Kideco Jaya Agung (Kideco) yang memproduksi 7,7 juta ton dan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) yang memproduksi 400 ribu ton.
Laba Kotor 3M-2022 Perseroan tercatat sebesar US$ 260,8 juta, atau meningkat 145,3% dibandingkan USD106,3 juta di 3M-2021. Marjin Laba Kotor Perseroan juga naik menjadi 31,4% dari sebelumnya 20,2% yang terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja Kideco dan MUTU.
Sementara itu, Beban Keuangan Perseroan meningkat 2,3% dari USD26,0 juta menjadi USD26,6 juta pada 3M-2022 yang terutama disebabkan oleh relaksasi biaya interest rate swap (IRS) sebesar USD0,5 juta sehubungan dengan pembiayaan kembali pinjaman proyek pembangunan terminal penyimpanan bahan bakar di Kalimantan Timur.
Sebagai hasilnya, Perseroan membukukan Laba Periode Berjalan yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar USD75,0 juta di 3M-2022, dibandingkan dengan Rugi Bersih sebesar USD9,4 juta pada 3M-2021. Perseroan juga mencatatkan Laba Inti sebesar USD95,1 juta pada tahun 3M-2022, meningkat signifikan sebesar 638,8% dibandingkan USD12,6 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada 3M-2022, posisi kas, setara kas dan aset keuangan lain Perseroan mencapai USD1.125,3 juta. Realisasi biaya modal (capital expenditure) pada 3M-2022 adalah sebesar USD4,4 juta, di mana USD1,1 juta di antaranya digunakan untuk Kideco, USD1,0 juta digunakan untuk Interport, dan USD0,3 juta digunakan untuk Indika Indonesia Resources. Pada 3M-2022, Perseroan juga melakukan investasi senilai USD36,1 juta, di mana USD22,0 juta di antaranya digunakan untuk proyek emas Awak Mas di Sulawesi Selatan.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas