Jadwal Kapal Pelni Ambon - Ternate Juni 2023: KM Tatamailau dan KM Dorolonda Tanpa Transit

- Senin, 29 Mei 2023 | 10:45 WIB
Jadwal Kapal Pelni Ambon - Ternate Juni 2023: KM Tatamailau dan KM Dorolonda Tanpa Transit

TRIBUNAMBON.COM - Simak jadwal kapal Ambon - Ternate untuk bulan Juni 2023.

Untuk bulan Juni mendatang, ada lima keberangkatan kapal Ambon - Ternate dengan KM Tatamailau, KM Sangiang dan KM Dorolonda.

Anda bisa memesan tiket Ambon - Ternate di laman dan aplikasi Pelni.

Klik di sini untuk memesan tiket >>

Adapun harga tiket kapal Ambon - Ternate dengan KM Tatamailau dan KM Dorolonda tanpa transit Rp 200.000 untuk dewasa dan Rp 25.000 untuk bayi.

Sedangkan harga tiket KM Sangiang Rp 280.000 untuk dewasa dan Rp 33.000 untuk bayi.

Simak jadwal kapal Ambon - Ternate selengkapnya yang dikutip TribunAmbon.com dari Pelni.co.id.

1. KM Tatamailau berangkat Kamis, 1 Juni 2023

Perjalanan KM Tatamailau memerlukan waktu 1 hari 3 jam tanpa transit.

Berangkat dari Ambon Kamis (1/6/2023) pukul 14.00, KM Tatamailau tiba di Ternate, Jumat (2/6/2023) pukul 17.00.

Baca juga: Jadwal Kapal Pelni Ambon - Nabire Mei 2023: Tersisa 1 Keberangkatan dengan KM Tidar

2. KM Dorolonda berangkat Selasa, 6 Juni 2023

Perjalanan KM Dorolonda berlangsung selama 19 jam tanpa transit.

Berangkat dari Ambon Selasa (6/6/2023) pukul 21.00, KM Dorolonda tiba di Ternate Rabu (7/6/2023) pukul 16.00.

3. KM Sangiang berangkat Jumat, 9 Juni 2023

Perjalanan KM Sangiang berlangsung selama 2 hari 21 jam dengan rute:

- Berangkat dari Ambon Jumat (9/6/2023) pukul 23.00

- Transit di Namlea Sabtu (10/6/2023) pukul 12.00 - 15.00

- Transit di Sanana Minggu (11/6/2023) pukul 06.00 - 08.00

- Transit di Babang (Bacan) Senin (12/6/2023) pukul 06.00 - 08.00

- Tiba di Ternate Senin (12/6/2023) pukul 20.00

Baca juga: Jadwal Kapal Pelni Ambon - Sanana, KM SANGIANG Transit di Namlea, Tarif Tiket Rp 125.000

4. KM Sangiang berangkat Jumat, 23 Juni 2023

Perjalanan KM Sangiang berlangsung selama 2 hari 20 jam 1 menit dengan rute:

- Berangkat dari Ambon Jumat (23/6/2023) pukul 23.59

- Transit di Namlea Sabtu (24/6/2023) pukul 12.00 - 15.00

- Transit di Sanana Minggu (25/6/2023) pukul 06.00 - 08.00

- Transit di Babang (Bacan) Senin (26/6/2023) pukul 06.00 - 08.00

- Tiba di Ternate Senin (26/6/2023) pukul 20.00

5. KM Tatamailau berangkat Kamis, 29 Juni 2023

Perjalanan KM Tatamailau memerlukan waktu 1 hari 3 jam tanpa transit.

Berangkat dari Ambon Kamis (29/6/2023) pukul 14.00, KM Tatamailau tiba di Ternate, Jumat (30/6/2023) pukul 17.00.

*Desclaimer: Jadwal kapal dan ketersediaan tiket dapat berubah sewaktu-waktu

Baca juga: Jadwal Kapal Pelni Ambon - Dobo Mei 2023: Tersisa 1 Keberangkatan dengan KM Tidar

Syarat Perjalanan dengan Kapal Pelni

Berdasarkan SE Menhub Nomor 83 Tahun 2022, berikut syarat perjalanan dengan kapal Pelni yang berlaku mulai 26 Agustus 2022:

1. Usia 18 tahun ke atas wajib sudah divaksin dosis ketiga (booster)

2. WNA 18 tahun ke atas wajib sudah divaksin dosis kedua

3. Usia 6-17 wajib sudah divaksin dosis kedua

4. Usia 6-17 dari luar negeri tidak wajib vaksin

5. Kondisi kesehatan khusus/komorbid wajib menunjukkan surat keterangan dokter dari RS pemerintah yang menyatakan belum dapat divaksin

6. Usia di bawah 6 tahun dikecualikan terhadap ketentuan vaksinasi, namun wajib melakukan perjalanan dengan pendamping yang telah memenuhi ketentuan vaksinasi dan pemeriksaan Covid-19

Seluruh penumpang dengan ketegori di atas tidak wajib menunjukkan hasil negatif tes RT-PCR atau rapid test antigen.

Protokol Kesehatan

1. Penumpang wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat melakukan perjalanan

2. Mematuhi protokol kesehatan 3M, yaitu: memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan handsanitizer

3. Menggunakan masker kain 3 (tiga) lapis atau masker medis yang menutup hidung, mulut dan dagu

4. Mengganti masker secara berkala setiap 4 (empat) jam, dan membuang limbah masker di tempat yang disediakan;

5. Mencuci tangan secara berkala menggunakan air dan sabun atau handsanitizer, terutama setelah menyentuh benda yang disentuh orang lain

6. Menjaga jarak minimal 1,5 meter dengan orang lain serta menghindari kerumunan

7. Tidak diperkenankan berbicara satu arah maupun dua arah balk melalui telepon ataupun secara langsung selama perjalanan.

(TribunAmbon.com/Fitriana Andriyani)

Sumber: ambon.tribunnews.com

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Terkini