Kisah Paiman Raharjo, Tukang Sapu asal Klaten yang Kini Jadi Rektor Universitas di Jakarta

- Senin, 29 Mei 2023 | 10:00 WIB
Kisah Paiman Raharjo, Tukang Sapu asal Klaten yang Kini Jadi Rektor Universitas di Jakarta

RADARSOLO.COM – Siapa sangka, Paiman Raharjo yang setelah lulus SMP merantau ke Ibu Kota sebagai tukang sapu, kini menjabat rektor di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta. Bagaimana perjuangannya?

ANGGA PURENDA, Klaten, Radar Solo

Sebuah acara silaturahmi yang mempertemukan perantauan asal Klaten, digelar di Pabrik Gula (PG) Gondang Baru, Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Sabtu malam (27/5/2023). Acara bertajuk “Rindu Klaten” itu dihadiri sejumlah tokoh putra daerah, yang sukses berkarir di berbagai bidang. Termasuk 10 guru besar dari berbagai universitas.

Dari 10 guru besar tersebut, seorang di antaranya Paiman Raharjo, 55, asal Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes. Dia kini menjabat rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta. Setiap dua pekan sekali, dia selalu menyempatkan pulang kampung ke Klaten.

Selain tanah kelahirannya, Kota Bersinar dianggap Paiman sebagai bagian dari perjalanan hidupnya. Dimulai dari mengenyam pendidikan dasar di SD Gemblegan 1, dan lulus pada 1982. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Santo Yusuf 1 Klaten, hingga lulus pada 1985.

Selepas SMP, dia memutuskan merantau menjadi tukang sapu di Yayasan Gembala Baik di Jakarta. Pernah juga menjadi security di yayasan yang sama. Selama bekerja, dia menempuh pendidikan di STM Budhaya Jakarta, atas dorongan para suster di yayasan Katolik tersebut.

Setelah lulus STM, Paiman memutuskan kuliah S1 jurusan Ilmu Administrasi di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Dilanjutkan S2 program magister administrasi di kampus yang sama. Sedangkan pendidikan S3 diambil di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, mengambil program doktor ilmu administrasi.

Selama kuliah di ibu kota, Paiman nyambi bekerja di sebuah perusahaan. Termasuk menjalankan usaha percetakan dan fotokopi, hingga tour and travel. Serta dipercaya mengajar jadi dosen di saat itu juga.

“Saat jadi tukang sapu, usia saya masih 16 tahun. Itu pas lulus SMP. Saya ingin mandiri. Waktu itu saya ingin adik-adik yang sekolah,” ungkap pria yang juga merilis buku Tukang Sapu Jadi Profesor di acara Rindu Klaten itu.

Dorongan dan motivasi dari orang-orang di sekitarnya, membuat Paiman pantang menyerah dalam meraih cita-citanya. Terlebih slogan kesuksesan tak hanya milik orang kaya, sudah terpatri di dadanya. Karena kesuksesan datang hanya kepada orang yang mau bekerja keras, dengan dibekali pendidikan mumpuni.

Setelah ditunjuk sebagai dosen, Paiman sempat mengenyam berbagai jabatan di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Mulai dari kepala sub bagian (kasubag), wakil dekan, direktur, hingga rektor. Kendati demikian, dia tidak pernah melupakan teman seperjuangannya saat menjadi tukang sapu.

“Sampai saat ini kami masih sering berkomunikasi. Apalagi setiap Minggu ada aksi bersih-bersih nusantara, baik di jalanan maupun sungai bersama komunitas. Juga melibatkan para relawan dan berbagai pihak,” beber pria kelahiran Klaten, 15 Juni 1967 ini.

Kini Paiman ingin berkontribusi untuk tanah kelahirannya. Dia siap memberikan tenaga dan pikiran terkait pengembangan Kota Bersinar. Apalagi komunikasinya terjalin apik dengan Bupati Klaten Sri Mulyani.

“Klaten harus berkembang dari sisi SDM pembangunan. Saya ingin Klaten menjadi kota wisata sekaligus kota kuliner. Apa yang menjadi khas di Klaten, itu yang harus dikembangkan. Termasuk mengembangkan cenderamatanya,” ujarnya. (ren/fer/dam)

Sumber: radarsolo.jawapos.com

Komentar