TRIBUNSUMSEL.COM -- Siapa yang tak kenal dengan dr. H Purnomo Prawiro pengusaha transportasi di Indonesia.
dr H Purnomo Prawiro diketahui merupakan pemilik dari bisnis taksi Blue Bird.�
Bahkan di tahun 2014 , dr H Purnomo Prawiro sempat masuk dalam peringkat orang terkaya ke 25 Indonesia versi majalah Forbes.
Lalu bagaimana kisah dari dr H Purnomo Prawiro dalam membesarkan Blue Bird hingga jadi besar ?
Menarik untuk mengulas hal tersebut, maka kita perlu tau awal mula sejarah munculnya Blue Bird.
Adapun semua bermula ketika Djokosoetono ayah dari dr H Purnomo Prawiro merupakan dosen sekaligus pendiri Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) meninggal dunia di tahun 1965.
Mutiara Fatimah Djokosoetono sang istri mendapatkan hadiah dua mobil sedan jenis Opel dan Mercedes dari PTIK dan Akademi Hukum Militer (AHM).
Hadiah itu diberikan sebagai bentuk penghargaan terhadap sosok almarhum Djokosoetono sang suami.
Lalu timbulah ide Mutiara Fatimah Djokosoetono untuk mengoperasikan dua mobil tersebut sebagai taksi untuk memenuhi biaya kehidupan.
Nama pertama diberikan yakni Chandra Taksi yang kala itu belum memiliki izin alias taksi gelap.
Adapun usaha dijalankan oleh dr Chandra Suharto (anak laki-laki pertama) dan dr H Purnomo Prawiro (anak laki-laki paling bungsu).
Dalam operasionalnya, dr Chandra Suharto bertindak sebagai operator telepon, sedangkan dr H Purnomo Prawiro menjadi salah satu sopirnya.
Usaha ini terus berkembang dan hasil keuntungan mereka digunakan untuk membeli mobil lagi hingga 25 unit taksi pertama yang didatangkan dari Surabaya.
Berlanjut sekitar tahun 1970-an jumlah mobilnya sudah mencapai 60 unit taksi.
Pada tahun 1970, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, mengumumkan bahwa Jakarta akan memberlakukan izin resmi bagi operasional taksi.
Akhirnya setelah mengantongi izin operasional, mereka berekspansi dengan meminjam dana dari Bank untuk membeli 100 unit taksi baru.
Disinilah Taxi Chandra berupa dengan nama baru yakni Blue Bird.
Blue Bird memiliki logo sederhana berupa siluet burung berwarna biru tua yang sedang melesat, hasil karya pematung Hartono.
Ini berasal dari ide ibunya, tentang kisah ��The Bird of Happiness�� yang sering ia baca saat masih kecil.
dr H Purnomo Prawiro dipercaya untuk memimpin Blue Bird sebagai direktur operasional di tahun 1975.
Setelah sang kakak Chandra Suharto lebih fokus di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Pada tahun 1985, Blue Bird di bawah kepemimpinan dr H Purnomo Prawiro sudah mencapai 2.000 unit taksi.
Nilai-nilai dan brand yang ditanamkan adalah Blue Bird sebagai taksi ternyaman, teraman, dengan pengemudi yang santun.
Tahun 1993, Blue bird meluncurkan Silver Bird, taksi eksekutif dengan fasilitas mobil mewah yang sebagian unitnya merupakan eks-sedan mewah yang digunakan pada KTT Non-Blok yang digelar di Indonesia, 1992.
Pada 10 Juni 2000, ibunya wafat di RS Medistra, ia secara tidak langsung melanjutkan kepemimpinan ibunya di Blue Bird Group.
Memasuki tahun 2010, taksi ini semakin populer, apalagi sejak Presiden AS Barack Obama datang ke Jakarta pada 2010.
Saat itu, Obama menggunakan Blue Bird untuk rombonganya melakukan kunjungan di Indonesia.
Tahun 2014, dengan total sekitar 22 ribu unit taksi.
Blue Bird berkembang di berbagai kota selain Jakarta, seperti Bandung, Banten, Batam, Lombok, Manado, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Semarang, Solo, Surabaya, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya.
Perusahaan taksi terbesar di Indonesia ini akhirnya juga melepas saham perdananya ke publik (IPO) dan berhasil meraup dana sebesar Rp 2,44 triliun pada November 2014.
Ekspansi bisnis Blue bird meluas hingga ke mobil carteran, bus carteran, angkutan truk kontainer, layanan logistik, produksi bodi kendaraan, distributor tunggal alat-alat pemadam kebakaran merk Rosenbauer Internasional dan hotel.
(*)
Sumber: sumsel.tribunnews.com
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas