SOLO, TRIBUN-BALI.COM - Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka bakal berhadapan dengan DPP PDIP usai mendampingi Menhan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto di Solo, Jumat (19/5) malam.
Pertemuan tersebut juga dihadiri relawan Jokowi yang kemudian mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo di Pilpres 2024. Selang satu hari, Gribran langsung mendapat telepon dari DPP untu menghadap ke
Jakarta mempertanggungjawabkan langkah politiknya itu.
Gibran mengaku mendapat telepon dari Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto yang memanggilnya ke Jakarta, Senin (22/5) ini.
"Ya siap saya terima sanksi, teguran, hukuman, siap kami terima. Hari Senin (hari ini) saya berangkat," kata Gibran, dikutip dari YouTube Kompas TV, Minggu (21/5).
Gibran pun berkilah, pertemuan dirinya dengan Prabowo hanya untuk menemani makan malam. Untuk urusan pencapresan, kata Gibran, ia tidak ikut campur.
"Kemarin itu hanya makan malam saja. Kalau urusan pencapresan kan kemarin saya minggir. Saya kan tidak ikut ketika beliau orasi dan lain-lain kan saya minggir gak ikut-ikut," dalihnya.
Lebih lanjut, Gibran mengatakan, relawan Jokowi yang pro ke Ganjar Pranowo di Pemilu 2024 lebih banyak.
Dirinya pun mengaku bisa mendatangkan lebih banyak relawan pro Ganjar daripada yang datang mendukung Prabowo.
"Kalau saya disuruh ngumpulin yang selain Pak Prabowo. Yang dukung Pak Ganjar lebih banyak lagi. Namanya relawan ya seperti itu, bukan berati kemarin saya mendukung," ucap Gibran.
"Kan tidak pernah keluar dari mulut saya, saya dukung ini, dukung itu, kan enggak," imbuhnya.
Sebelumnya, Prabowo mendapat dukungan dari Relawan Jokowi dan Gibran.
Dukungan itu didapat setelah Prabowo betemu dengan Gibran dan sejumlah relawan pendukung Jokowi dan Gibran di Angkringan Omah Semar, Solo.
Dalam pertemuan yang difasilitasi putra sulung Jokowi itu, relawan Jokowi mendeklarasikan diri memberikan dukungan mereka di Pilpres 2024 untuk Prabowo.
Juru bicara relawan Jokowi dalam pertemuan itu, Kuat Hermawan Santoso mengungkapkan sikap dan komitmen Prabowo yang pro Jokowi, yang tidak pernah berubah sampai detik ini.
"Kita mengerucutkan suara menjadi satu nama (yaitu) Prabowo, pertimbangannya karena komitmen Prabowo kepada rakyat Indonesia itu luar biasa dan meneruskan gagasan-gagasan Pak Jokowi ke depannya, meneruskan program-program yang hari ini sedang dan sudah dirintis," ujar Kuat.
Tidak hanya sampai disitu, Kuat juga menyebut bahwa ini merupakan sikap dan dukungan terhadap terhadap Prabowo tanpa dinaungi partai politik manapun.
"Kami dari relawan, kami tidak berpartai, ini soal sikap bahwa kami hari ini tunduk dan patuh kepada Pak Jokowi. Nah tetapi arus bawah hari ini, konsolidasi pasca pertemuan di Solo kemarin itu 90 persen itu arus dukungan bawah itu ke Pak Prabowo," pungkasnya.�
Bumerang bagi Putra Jokowi
PENGAMAT politik Airlangga Pribadi Kusman di Surabaya menyebutkan, deklarasi relawan pendukung Prabowo di Solo bisa jadi bumerang bagi Gibran.
Sedangkan bagi Prabowo, deklarasi relawan itu tak akan menambah potensi suara.
"Deklarasi yang berlangsung di Solo tak akan berpengaruh atau memberikan penguatan signifikan kepada Prabowo," kata Airlangga Pribadi Kusman di Surabaya, Sabtu (20/5).
Airlangga menjelaskan, hingga saat ini Solo dan Jawa Tengah telah menjadi basis dari pemilih Ganjar Pranowo. Ganjar yang masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah akan mendapatkan dukungan mayoritas pemilih di sana.
"Jawa Tengah adalah basis pendukung Pak Ganjar. Artinya, tindakan deklarasi seperti ini tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pemilih Prabowo," katanya.
Selain figur Ganjar, loyalitas masyarakat Jawa Tengah terhadap PDIP juga cukup tinggi.
Dengan kata lain, pemilih di sana akan tetap setia mengawal keputusan partai berlambang banteng bermoncong putih ini untuk mencalonkan Ganjar di Pilpres.
Pada Pemilu 2019 misalnya. Prabowo yang saat itu juga menjadi Capres berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno juga mendirikan posko pemenangan di Jawa Tengah.
Posko ini dipindahkan dari Jakarta. Namun pada akhirnya, Jokowi-Maruf masih unggul telak di Jawa Tengah dengan persentase meyakinkan, 77,26 persen atau 16,7 juta suara.
"Pak Prabowo pada 2019 lalu juga menjadikan Jawa Tengah sebagai medan pertempuran utama. Namun, pada akhirnya tetap kalah," kata Airlangga.
Sekalipun deklarasi relawan dihadiri Gibran yang juga kader PDIP, masyarakat Jawa Tengah paham bahwa kehadiran Gibran tersebut tak merepresentasikan partai.
"Gibran bukan satu-satunya tokoh PDI Perjuangan di Jawa Tengah," kata Airlangga.
"Figur utamanya tetap Pak Ganjar dan beberapa figur lainnya seperti Pak Bambang Pacul (Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto) dan tokoh lainnya. Artinya, kehadiran Gibran tak akan berpengaruh besar," katanya.
Sebaliknya, kehadiran Gibran bisa dinilai sebagai bumerang bagi sulung Presiden Jokowi ini yang justru menjadi catatan kritis dari PDIP.
"Ini hanya akan menjadi catatan prosesi politik bias bagi Gibran," tandasnya. (*)
Sumber: bali.tribunnews.com
Artikel Terkait
Bukan Mobil atau Motor, Pria Ini Naik Babi Terobos Banjir
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?