Anies Baswedan Sindir Ganjar Pranowo, Sebut Warga Jateng Ngeluh Soal Mafia Pupuk Hingga Jaminan TKI

- Senin, 22 Mei 2023 | 14:01 WIB
Anies Baswedan Sindir Ganjar Pranowo, Sebut Warga Jateng Ngeluh Soal Mafia Pupuk Hingga Jaminan TKI

TRIBUNSUMSEL.COM -�Tensi politik di Indonesia kini sudah mulai terasa jelang pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024 yang rencananya dibuka pada 19 Oktober 2023-25 November 2023 mendatang.

Sejumlah tokoh yang sudah dideklarasikan untuk maju sebagai capres kini mulai saling sindir.

Kini yang terbaru, bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan, mulai berani menyerang lawan politiknya lewat sindiran.

Pria yang diusung maju Pilpres 2024 oleh NasDem, PKS dan Demokrat itu membongkar borok Jawa Tengah, daerah yang dipimpin Gubernur Ganjar Pranowo, bakal capres PDIP.

Anies lantang menceritakan keluhan masyarakat Jawa Tengah dari masalah pupuk hingga Tenaga Kerja Indonesai (TKI) atau yang kini disebut Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Anies berbicara persoalan Jawa Tengah itu saat berpidato di depan ribuan relawannya di Tennis Indoor Senayan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (22/5/2023).

Mulanya, Anies mengaku telah menjalani perjalanan mendengarkan aspirasi masyarakat atau yang disebutnya sebagai tirakat pada Bulan Ramadan 1444 Hijriah lalu..

Ia mengaku berjalan hingga ke pelosok sampai orang-orang tidak mengenalinya secara cepat.

"Jadi di Bulan Ramadan kemarin, saya melakukan perjalanan yang saya sebut tirakat. Tirakat itu bukan tirakatan ya, tirakat ini adalah sebuah perjalanan untuk mendengar, untuk menyerap, untuk merasakan suasana terkini yang ada di masyarakat kita," kata Anies.

"Saya datang ke banyak tempat tanpa kamera, tanpa media, tanpa ditemani siapa-siapa. Sering kali saya hanya sendirian, masuk satu tempat," tambahnya.

Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 itu memastikan dirinya menemui masyarakat bukan hanya untuk konten media sosial.

Anies seperti hendak menyinggung Ganjar, yang dalam catatan TribunJakarta.com kerap membagikan unggahan di media sosialnya saat lari pagi dan bertemu masyarakat.

"Dan saya temui mereka bukan untuk selfie dan posting di pagi hari. Bukan, saya bukan lari-lari untuk posting foto. Saya lagi mendengarkan suara mereka," ujar Anies.

"Saya ketemu dengan ibu-ibu bapak-bapak yang memiliki keinginan masa depan anak-anaknya lebih baik. Paling sering saya temui ibu-ibu, Pak, anak saya pintar, Pak, anak saya potensial, Pak berikan kepada kita pendidikan yang baik agar masa depan lebih baik," paparnya.

Dari situ, Anies mulai menceritakan sosok-sosok yang ditemuinya dengan berbagai keluhan dan aspirasi.

Kendati mengaku tirakat ke banyak tempat, Anies hanya menceritakan keluhan dari masyarakat di Jawa Tengah, daerah yang dipimpin Ganjar.

Baca juga: BREAKING NEWS : Anies Baswedan Kunjungi Kader NasDem di Bangka Belitung, Gunakan Pesawat Pribadi

Baca juga: Tujuh Kebijakan Pemerintah yang Dikritik Anies Baswedan Dalam 2 Hari, Dari Persekusi Hingga Jalan

Satu di antaranya adalah petani bernama Suwarto dari Gerobogan, yang mengaku hidupnya tidak mengalami perubahan sejak dulu hingga sekarang.

Suwarto juga menceritakan tentang pupuk bagi petani yang dibeda-bedakan antara subsidi dan nonsubsidi.

Anies fasih berbicara Bahasa Jawa dengan Suwarto.

"Lalu ketemu Pak Suwarto, salaman. ketika salaman saya merasakan tangannya sedang, kalau Bahasa Jawa lagi ngerabuk, ngerabuk itu memberi pupuk. Jadi saya tanya gimana Pak kondisi di sini. 'Ya biasa, Mas, dari dulu ya begini'."

"Lalu apa situasi yang tersulit, panjang sebenarnya ngobrolnya. 'Pak saya kerepoti urusan pupuk, rabuk ki paling angel Pak. Arep rabuk, ono sing rabuk subsidi, rabuk nonsubsidi, ora koyo jaman biyen. Jaman biyen tinggal ning warung, gowo ember, langsung iso tuku rabuk. Saiki arep ning warung ditakoni, Pak, jenengan nonsubsidi opo subsidi.' Terus, beliau bilang, 'Wong koyok awake dewek moso iso bayar non-subsidi, ya mesti subsidi'," Anies menceritakan.

"Saya perhatikan betapa masyarakat yang kita temui menyampaikan kepada kita semua bahwa di masyarakat sana ada suasana sulit, ada suasana menantang, yang sebenarnya lebih mengkhawatirkan, serba ketidakpastian," tambahnya.

Selain di Gerobogan, Anies juga menceritakan keluhan masyarakat Wonosobo, yang lagi-lagi berada di Jawa Tengah.

Kata Anies, masyarakat Wonosobo yang banyak berprofesi sebagai TKI atau PMI, sebenarnya sedang bertaruh nyawa.

Pasalnya, mereka berangkat dengan niat bekerja ke negeri orang tanpa jaminan bisa hidup layak.

"Saya datang ke sebuah desa di Wonosobo, yang pekerjanya itu banyak pekerja migran. Terus mereka cerita bahwa mereka berangkat tanpa tahu ada jaminan bisa pulang atau tidak, ada jaminan bisa hidup layak atau tidak," kata Anies.

Di sisi lain, biaya kuliah terlalu tinggi sehingga banyak orang tua enggan menguliahkan anaknya.

"Ketemu anak-anak, ketemu orang tua, yang menceritakan kelihatannya masuk kampus negeri sekarang susah Pak. Karena harganya juga mahal," ujar. Anies.

Ribuan relawannya pun beberapa kali bertepuk tangan menyambut kisah-kisah kaum papa yang diceritakan Anies.

Terakhir Anies mengaku mendengar aspirasi dari masyarakat Jawa Tengah lainnya, kali ini sesaorang di Purwodadi, yang menyebut mafia di berbagai sektorlah yang menghambat kemajuan Indonesia.

"Saya pikir benar juga kata dia. Begitu banyak mafia yang hadir memberi ketidakpastian. Kenapa petani harus bersaing mendapat pupuk, penuh ketidakpastian, kenapa, karena aksesnya dikuasai mafia pupuk. Ketika bebircara tentang pekerja migran, banyak dari mereka yang sistemnya dikuasai mafia-mafia PMI."

"Mafia-mafia ini berderet ada mafia tanah, ada parkir, mafia kesehatan, mafia pemilu, mafia bansos bahkan mafia proyek pemerintah, ya termasuk mafia BTS itu," papar Anies.

Seperti diketahui, selain Anies dan Ganjar, ada juga nama Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang sudah mendapatkan dukungan partainya dan juga PKB untuk maju Pilpres 2024.

Pilpres sendiri akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com

Sumber: sumsel.tribunnews.com

Komentar