Pemilu Thailand: Partai oposisi menimbulkan 'gempa politik', mayoritas pemilih menolak kekuasaan militer

- Senin, 15 Mei 2023 | 20:01 WIB
Pemilu Thailand: Partai oposisi menimbulkan 'gempa politik', mayoritas pemilih menolak kekuasaan militer

Pita Limjaroenrat dari partai oposisi Move Forward alias Bergerak Maju diperkirakan akan menjadi perdana menteri Thailand setelah partainya memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan umum, Minggu (14/05).

Hasil perhitungan sementara menunjukkan, Partai Bergerak Maju melampaui setiap prediksi dengan memenangkan 151 dari 500 kursi di majelis rendah sekaligus meraih suara terbanyak.

Perolehan tersebut melampaui raihan Pheu Thai, partai oposisi yang dipimpin oleh putri mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra.

Adapun koalisi dua partai pemerintahan pro-militer hanya memenangkan 15% dari total kursi.

Analis menyebut hasil ini adalah “gempa politik” yang menunjukkan terjadinya perubahan signifikan dalam opini publik.

Hasil ini adalah suatu terobosan dalam politik Thailand.

Sebab, tidak hanya menunjukkan bahwa mayoritas pemilih secara jelas menolak kekuasaan militer dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, yang memimpin kudeta menggulingkan pemerintahan terpilih pada tahun 2014.

Partai Bergerak Maju yang didukung oleh kaum muda juga telah menghancurkan dominasi mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra selama beberapa dekade terakhir.

"Mayoritas suara pemilih mencerminkan kebutuhan untuk melepaskan diri dari 'rezim Prayuth', dan kerinduan akan perubahan," kata Prajak Kongkirati, dosen ilmu politik dari Universitas Thammasat. "Ini menunjukkan bahwa orang percaya pada tuntutan [partai] Bergerak Maju untuk perubahan - lebih banyak dari yang diperkirakan."

Media sosial Thailand telah dibanjiri dengan pesan-pesan kemenangan dari para pendukung Bergerak Maju, yang menyebut diri mereka sebagai “organic canvassers” (orang yang meminta dukungan di lapangan) dan menggambarkan kemenangan partai tersebut sebagai "angin perubahan" dan "fajar era baru".

"Pemilu ini benar-benar memberi tahu Anda, bahwa baru empat tahun berlalu, tetapi pemikiran orang-orang telah banyak berubah, baik kubu yang mapan maupun pro-demokrasi," sebut cuitan dalam Twitter.

Cuitan itu menambahkan bahwa, "demokrasi tidak dapat diterima begitu saja [diremehkan]".

"Jika mereka tidak beradaptasi dengan pemikiran dan tuntutan, mereka benar-benar bisa kehilangan pijakan."

Pemimpin Partai Bergerak Maju, Pita Limjaroenrat, adalah pria berusia 42 tahun dna lulusan Universitas Harvard.

Dia mencuit bahwa dirinya "siap" untuk menjadi perdana menteri ke-30 negara itu.

"Kami memiliki mimpi dan harapan yang sama. Dan bersama-sama kami percaya bahwa negara Thailand tercinta dapat menjadi lebih baik, dan perubahan mungkin terjadi jika kami mulai mengerjakannya hari ini," tulisnya.

Baca juga:

Pemilu Thailand: Kisah kaum muda yang mengguncang panggung politik‘Ancaman kembalinya dwifungsi ABRI’ - Aktivis tolak usulan perluasan prajurit aktif di jabatan sipil dalam revisi UU TNIDemonstrasi Thailand: Mengapa kaum muda memimpin aksi besar-besaran dan bersedia melawan hukum?

Tidak akan pernah terpikirkan sebelumnya bahwa Bergerak Maju - sebuah partai yang menyerukan perubahan besar-besaran pada birokrasi, ekonomi, peran militer, dan bahkan undang-undang yang melindungi monarki Thailand - dapat memenangkan banyak kursi dan suara daripada para pesaingnya.

Lalu, bukan menjadi kebetulan bahwa ini adalah topik-topik serupa yang memicu gerakan protes mahasiswa selama berbulan-bulan pada 2020. Beberapa kandidat dari Bergerak Maju pernah menjadi pemimpin dalam gerakan tersebut.

Dan, seperti protes tahun 2020, para pemilih muda yang banyak dari mereka adalah pengikut Bergerak Maju, memainkan peran besar dalam hasil pemilu.

Suasana hati para pendukung partai muda itu sulit untuk dilewatkan pada minggu-minggu menjelang pemilihan.

Gelombang meme-meme baru meledak di media sosial Thailand – wadah bagi para warganet untuk menunjukkan gerakan “melangkah atau melompat” yang merupakan isyarat nyata dukungan terhadap Partai Bergerak Maju.

Ekspresi itu adalah satu-satunya cara untuk menunjukkan pilihan politik mereka karena peraturan pemilu tidak mengizinkan pemilih untuk menyatakan preferensi mereka secara terbuka.

Pemilih lain mengekspresikan pilihan mereka dengan mengenakan kemeja jingga cerah, sandal jepit, dan sepatu kets - warna pilihan partai untuk berkampanye.

Para kandidat Bergerak Maju memiliki sumber daya yang lebih sedikit daripada saingan mereka, dan harus bergantung pada media sosial, serta terkadang teknologi lama seperti sepeda, untuk menyampaikan pesan mereka.

Cara itu ternyata berpengaruh lantaran visi mereka tampak jauh lebih jelas daripada pihak lain.

Bergerak Maju mengesampingkan segala bentuk koalisi apa pun dengan partai-partai yang terkait dengan kudeta militer 2014, sebuah posisi yang pada awalnya dielakkan oleh pesaingnya, Pheu Thai.

Partai Bergerak Maju juga diuntungkan dari keinginan publik, yaitu perubahan.

Pemilih di bawah usia 26 tahun bukanlah kelompok besar di tengah populasi Thailand yang menua. Jumlah mereka hanya mencapai 14% dari 52 juta pemilih.

Namun, mereka bekerja keras untuk membujuk pemilih yang lebih tua agar mendukung Bergerak Maju yang menawarkan masa depan lebih baik kepada generasi mereka.

Pertanyaan yang paling mendesak adalah apakah Partai Bergerak Maju dan Pheu Thai diperbolehkan membentuk pemerintahan.

Sebanyak 250 senator, yang semuanya ditunjuk di bawah pemerintahan militer pimpinan petahana PM Prayuth, diizinkan untuk mengikuti pemungutan suara di parlemen untuk pemerintahan berikutnya.

Aturan itu memberi mereka kekuatan untuk memblokir koalisi Bergerak Maju-Pheu Thai, meskipun kedua partai tersebut memiliki hampir 60% kursi di majelis rendah.

Jika koalisi Bergerak Maju-Pheu Thai mampu merangkul partai terbesar ketiga, yaitu Bhum Jai Thai, dengan perolehan 70 kursi, dan beberapa lainnya, maka mereka bisa mengalahkan senat.

Tetapi, ada juga risiko bahwa blok konservatif yang kalah akan menggunakan manuver ekstra-parlementer untuk mencoba menjauhkan kaum reformis dari kekuasaan.

Kudeta militer mungkin tidak kembali terjadi. Tetapi putusan pengadilan untuk mendiskualifikasi Bergerak Maju, seperti yang terjadi pada partai pendahulunya, Masa Depan Maju, pada tahun 2020, adalah hal yang mungkin terjadi.

Pertanyaan lainnya adalah seberapa baik Bergerak Maju dan Pheu Thai, yang hubungannya terkadang renggang di parlemen, dapat bekerja sama.

Kemampuan pemimpin Move Forward, Pita, meskipun seorang anggota parlemen yang terampil, masih belum teruji untuk memainkan "seni yang kejam" dalam menyatukan dan mempertahankan koalisi.

Di sisi lain, Partai Pheu Thai harus mengobati pupusnya harapan untuk menang telak.

Pheu Thai telah kehilangan predikatnya sebagai penentang pemerintahan konservatif yang didukung militer. Predikat itu harus diserahkan ke Partai Bergerak Maju, yang dilihat sebagai pemula.

Pheu Thai harus terbiasa menjadi mitra yang setara, bahkan junior, dalam koalisi - pengalaman yang tidak biasa bagi partai itu dan para pemimpinnya.

Laporan tambahan oleh Thanyarat Doksone

Sumber: bbc.com

Komentar