TRIBUNKALTARA.COM, SAMARINDA - Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) dan Partai Gerindra bertemu saat sama-sama mendaftarkan bakal calon legislatif ( bacaleg ) di KPU Kaltim, Sabtu (13/5).
Momen kedatangan kedua partai politik ( parpol ) yang membangun Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya ini, hampir bersamaan.
Ketua DPW PKB Kaltim, Syafruddin menyebut bahwa memang ada arahan dari DPP untuk bersama serentak mendaftarkan secara berbarengan.
Namun di Kaltim, bergantian karena adanya kendala hujan yang mengguyur Kota Tepian.
"Secara konsep, DPP serentak se-Indonesia berbarengan, cuma di sini hujan. Sesuai mekanisme ( KPU ) juga, kami bergantian," katanya.
Meski tidak berbarengan masuk ke KPU Kaltim di Jalan Basuki Rahmat, Kota Samarinda, momen bertemu di tingkat daerah ini tentunya pertanda bahwa hubungan keduanya makin mesra.
"Ini tanda kami ( PKB-Gerindra ) mesra, siap mengawal demokrasi, pemilu yang bersih dan terbuka," tegas Udin, sapaan akrabnya.
PKB berkomitmen dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga ranting agar memilih atau memunculkan pemimpin-pemimpin yang sangat peduli pada masyarakat.
Baca juga: Jika Pemilu 2024 Dilakukan Sistem Tertutup, Ibrahim Ali: Internal PAN Tetap Terbuka
"Tentu melahirkan pemimpin-pemimpin yang punya visi dan misi pejuang aspirasi masyarakat," tukasnya.
Sementara itu, Ketua DPD Partai Gerindra Kaltim, Andi Harun mengungkapkan bahwa partainya turut berkomitmen menciptakan Pemilu 2024 mendatang yang cerdas.
Saat ini pola Pemilu dari tahun ke tahun mengalami pergeseran, karena masyarakat yang kini makin cerdas dan melek politik.
"Kalau hanya mengandalkan door to door tanpa masyarakat melihat bukti maka itu juga kurang," tegasnya.
Selama perjalanannya, Partai Gerindra dari Pemilu 2019 hingga saat ini tidak mengandalkan kampanye door to door dengan cara jual memberi kecap, gula dan bahkan sarung.
"Kita harus memperlihatkan bukti, dan saya bersyukur platform ini dilakukan secara maksimal oleh teman-teman anggota DPRD, aspirasi masyarakat disalurkan dan diperjuangkan.
Kemudian tidak lagi kita mengandalkan dengan alat peraga seperti baliho dan stiker," pungkasnya.
Golden Ticket
Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang digawangi Gerindra dan PKB kini memang diuji dengan peluang merapatnya Partai Golkar.
Jatah pendamping Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sebagai Capres 2024 dipertaruhkan.
Nama dua ketua umum partai politik, Ketum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, belakangan santer disebut sebagai kandidat cawapres pendamping Prabowo.
Baca juga: Prabowo tak Mungkin jadi Cawapres Anies Baswedan di Pilpres? Simak Jawaban Elite Gerindra dan Nasdem
PKB mengeklaim bahwa partainya dan Gerindra sepakat mengusung Prabowo-Muhaimin sebagai capres-cawapres Pemilu 2024.
Sementara Partai Golkar menyatakan mendukung pencapresan Prabowo, namun mengajukan proposal kursi cawapres buat Airlangga Hartarto.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gerindra, Ahmad Muzani menyebut golden ticket cawapres Prabowo Subianto berada di tangan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Pernyataan ini Muzani sampaikan ketika ditanya mengenai orang yang berpotensi menjadi cawapres Prabowo ketika Partai Golkar bergabung.
�Golden ticket-nya ada di Pak Muhaimin,� ujar Muzani dalam konferensi pers di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Sabtu (13/5).�
Ia menjelaskan, Cak Imin memegang golden ticket karena ia telah menandatangani perjanjian koalisi kerja sama politik 2024.
Salah satu poin perjanjian tersebut adalah persoalan capres dan cawapres ditentukan oleh Prabowo dan Cak Imin.
Sementara itu, Partai Gerindra telah resmi mendeklarasikan Prabowo sebagai capres dan Cak Imin memberikan sinyal meminta menjadi cawapres.
�Nama capres dan cawapres dibicarakan berdua, pokoknya nanti mereka berdua,� ujar Muzani.
Baca juga: Blak-blakan Politisi Gerindra Sulawesi Selatan La Tinro La Tunrung, Siap Bertarung di Pilgub Kaltara
Menurut dia, Cak Imin memang layak menjadi cawapres Prabowo. Sebab, sejauh ini PKB merupakan satu-satunya partai yang bersedia bekerja sama dengan Partai Gerindra dalam menyongsong Pilpres 2024.
Karena itu, jika Cak Imin menginginkan posisi cawapres Prabowo maka hal itu menjadi wajar.
�Saya kira jika kemudian PKB mengharapkan Pak Muhaimin menjadi wakil presidennya saya kira sesuatu yang pantas,� tuturnya.
Sebelumnya, Partai Golkar disebut terkejut usai mendapatkan tawaran PKB menjajaki pembentukan koalisi besar bersama Partai Gerindra.
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto mendapat tawaran menjadi ketua tim pemenangan Prabowo sebagai Capres 2024.
Padahal, Partai Golkar ingin Airlangga Hartarto menjadi pasangan Prabowo sebagai cawapres 2024.
�Terus terang saya kaget dengan pernyataan seperti itu,� kata Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Ace Hasan Syadzily, Rabu malam.
Benturan kepentingan
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam menilai bahwa mulai terjadi benturan kepentingan antara Partai Golkar dan PKB dalam memperebutkan kursi cawapres pendamping Prabowo.
Di satu sisi PKB sudah membangun komunikasi dengan Gerindra lebih dulu sejak Agustus 2022 dengan membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Hanya saja, hingga kini proposal cawapres Muhaimin belum dikabulkan Prabowo.
Di sisi yang lain, Golkar dinilai kelimpungan karena KIB di ujung tanduk pascadeklarasi pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDI Perjuangan, yang belakangan juga didukung oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
�Partai Golkar mencoba menelikung dengan mengambil jatah cawapres Prabowo yang sudah lama diincar PKB.
Hal ini menegaskan bahwa akan ada salah satu pihak yang menjadi korban dalam proses negosiasi posisi cawapres Prabowo,� kata Umam seperti dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Koalisi Gerindra-PKB Dipastikan Bubar, Jika Prabowo Dipasangkan Ganjar, Cak Imin: Itu Ide dari Mana?
Namun, dari dua nama tersebut, Umam menduga, Prabowo lebih condong ke Muhaimin ketimbang Airlangga.
Memang, sebagai pimpinan Partai Golkar, Airlangga Hartarto sangat mungkin membawa gerbong politik besar.
Namun, daya tawar Muhaimin sebagai pimpinan PKB juga cukup menjanjikan.
Umam mengatakan, Prabowo sedianya butuh insentif elektoral dari kekuatan politik Islam. Kekuatan ini dapat menambal massa pendukung Prabowo yang hilang di Jawa Barat, Banten, dan Sumatera.
Selain itu, Menteri Pertahanan tersebut juga butuh penguatan suara di Jawa Timur, wilayah yang menentukan suara nasional.
Dibandingkan Partai Golkar dan Airlangga Hartarto, menurut Umam, kebutuhan Prabowo itu lebih dapat dipenuhi oleh PKB dan Muhaimin yang dekat dengan kelompok Nahdlatul Ulama (NU).
Apalagi, sejak lama Partai Gerindra telah menyepakati koalisi bersama PKB. Jika pada akhirnya Prabowo justru memilih Airlangga Hartarto, Muhaimin dipastikan bakal kecewa.
Baca juga: Jelang Pilpres 2024, Ini Penjelasan Terbaru Elite Golkar dan PKB soal Pembentukan Koalisi Besar
�Jika Gerindra akhirnya tidak bersama PKB, maka ia akan menanggung beban tudingan partai tidak etik, raja prank, dan tidak menghormati komitmen politik yang terbangun dalam koalisi selama ini,� ujar Umam.
Menurut Umam, mungkin saja Muhaimin legawa jika Prabowo memilih Airlangga. Namun, harus ada kompensasi politik yang sepadan atas keputusan itu.
Jika tidak, Umam yakin PKB bakal mengingkari kesepakatan koalisi dengan Gerindra dan bermanuver ke poros politik lain.
�PKB mungkin keluar dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) sebagai bentuk protes keras terhadap perilaku Gerindra, untuk selanjutnya bisa berpeluang bergabung ke Koalisi Perubahan,� katanya. (uws/kps)
Sumber: kaltara.tribunnews.com
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas