BERBAGAI hal diungkapkan Wakil Presiden Republik Indonesia 2004-2009 dan 2014-2019, Jusuf Kalla, dalam wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, di kediaman Kalla di Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (12/5/2023).
Satu di antaranya soal politik identitas yang kembali membayangi seiring kian dekatnya Pemilu 2024.
Tak hanya itu, ia juga bicara soal keinginannya untuk kembali berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo yang belum juga kesampaian.
Nah, berikut ini petikannya:
Isu yang mengemuka adanya politik identitas, apakah Pak JK melihat itu?
Ya, politik identitas itu ingin mengurangi kecenderungan untuk mempergunakan agama, suku.
Tapi jangan lupa semua juga menggunakan politik identitas dan semua calon.
Apa yang dikunjungi pertama kampanye, pesantren, kan?
Siapa saja, mau Anies (Baswedan), mau Ganjar (Pranowo), mau Prabowo (Subianto), sowan ke kiai.
Itu juga politik identitas agar orang tahu bahwa calon itu dekat dengan kiai dan dekat dengan agama.
Jadi apa yang orang bicarakan itu terjadi juga terhadap semua calon presiden. Semuanya ke pesantren dan kiai.
Sebenarnya mereka ingin menyambungkan ke masyarakat bahwa saya dekat kiai Jawa Timur atau siapa saja. Buat saya oke-oke saja karena faktanya memang begitu.
Bahwa jangan mengkafir-kafirkan orang, jangan menjelekkan agama, jangan, itu saja sebenarnya.
Baca juga: Golkar Daftarkan Atalia Kamil Jadi Bacaleg DPR RI, Ridwan Kamil Juga Rekomendasikan Aura Kasih
Pak Anies banyak disorot pada pilkada 2017 karena dianggap memainkan politik agama untuk menang dari Ahok, bagaimana Pak JK melihat tuduhan itu?
Saya kira enggak seperti itu. Yang terjadi Ahok (melakuan) gol bunuh diri karena dia yang mulai.
Yang mulai tentang agama kan bukan Anies, dia hanya kebetulan saja.
Jadi pemilih itu kayak orang main bulu tangkis, kalau you smes bagus kena dapat poin.
Tapi kau punya smes lalu ke net lalu nyantol, (poin) itu punya lawan.
Kemudian waktu itu Ahok bikin kesalahan gol bunuh diri, smesnya nyantol di net sehingga Anies dapat poin dari situ. Yang marah kan bukan Anies melainkan masyarakat.
Bagaimana saran dari Pak JK agar pemilu 2024 berjalan tetap adem siapapun mereka yang akan running?
Kita harus siap untuk kalah, jangan hanya siap untuk menang sehingga ketika kalah jadi marah.
Tiga calon presiden ini kan hanya satu yang akan menang, berarti dua calon harus kecewa.
Boleh kecewa tapi jangan jadi satu masalah.
Harus sportivitas dan penyelenggara harus melaksanakan dengan jujur.
Lalu kita harus mendahulukan kepentingan bangsa bahwa Pemilu ini hanya cara untuk mencari pemimpin, dan yang terpilih ini harus betul-betul menjalankan tugas.
Baca juga: Tim Seleksi Umumkan 28 Nama Calon Anggota Bawaslu Jabar Lolos Tes Tulis & Psikologi
Apakah endorsement dari Pak Jokowi terhadap satu calon itu punya pengaruh?
Pasti, karena Pak Jokowi masih punya pengaruh.
Ada tim suksesnya masih dia pelihara.
Tingkat popularitasnya tinggi. Itulah orang selalu mengharapkan restu Pak Jokowi karena ingin Pak Jokowi membuka jalan timnya membantu.
Apakah komunikasi Pak JK dengan Pak Jokowi baik-baik saja atau sudah terputus?
Sudah lebih dari enam bulan saya tidak berkomunikasi. Saya selalu minta waktu tapi mungkin beliau sibuk. (tribun network/reynas abdila)
Sumber: jabar.tribunnews.com
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas