Namun, Jokowi justru saat ini mengaku tidak bisa menahan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) lantaran adanya kebutuhan yang semakin besar.
Baca Juga: Ning Imaz Disebut Tolol Hinga Cocok Jadi Budak Seks Isis, Said Didu Mencak-mencak: Sudah Sangat Keterlaluan!
Jokowi menyebut bahwa APBN tidak lagi mampu untuk memberikan subsidi. Jalan terakhir yang diambil yakni menaikkan harga BBM.
Hal tersebut ditanggapi Said Didu melalui akun Twitter pribadi miliknya. Dalam cuitannya, Said Didu mempertanyakan kepercayaan pada apa yang diungkapkan Jokowi.
"Masih percaya?," ungkap Said Didu melalui akun Twitter pribadi miliknya, Senin (19/9).
Sementara itu, saat pidato dalam sidang tahunan MPR RI di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (16/8), Jokowi bersyukur Indonesia termasuk salah satu negara yang mampu menghadapi krisis global. Indonesia mampu melewati pandemi Covid-19 hingga bertahan di tengah krisis perekonomian dunia.
"Di tengah tantangan yang berat, kita patut bersyukur, Indonesia termasuk negara yang mampu menghadapi krisis global ini," kata Jokowi.
Tak hanya itu, sambungnya, Indonesia juga berhasil menekan angka inflasi dibanding negara-negara lainnya. Kenaikan inflasi Indonesia saat ini, lanjut Jokowi, hanya berada dalam kisaran 4,9 persen.
Inflasi juga berhasil dikendalikan di kisaran 4,9 persen. Angka ini jauh di bawah rata-rata inflasi ASEAN yang berada di sekitar 7 persen. Jauh di bawah inflasi negara negara maju yang berada di sekitar 9 persen. Bahkan, sampai pertengahan tahun 2022 ini, APBN juga surplus Rp106 triliun," ungkap Jokowi.
Baca Juga: Ternyata Benar.. Diduga Tak Akan Diproses Hukum, Eko Kuntadhi Datang ke Ponpes Lirboyo: Bakal Muncul Lagi Penginaan Orang yang Semena-mena!
Sedangkan, baru-baru ini, jelang harga BBM melonjak, Jokowi menegaskan bahwa kenaikan BBM juga dialami oleh negara lain akibat tekanan ekonomi. Jokowi juga menjelaskan bahwa subsidi yang diberikan pemerintah untuk BBM awalnya hanya Rp152 triliun. Saat ini, sudah melompat tiga kali hingga menjadi Rp502,4 triliun. Setelah dikalkulasi lebih detil kuota subsidinya hanya untuk 23 juta kiloliter Pertalite dan 15,1 juta kiloliter Solar.
"Dan setelah di kalkulasi ini hanya bisa sampai pada awal Oktober, kalau sampai akhir tahun sampai akhir Desember kebutuhan kita menjadi 29,1 juta kiloliter untuk Pertalite dan 17,4 kiloliter untuk solar ini estimasi akan kurang," tutur Jokowi.
"Sehingga akan muncul lagi tambahan kebutuhan subsidi sebesar Rp195 triliun, artinya total kalau kita lakukan itu bisa sampai Rp700 triliun, uangnya dari mana? nggak mampu APBN kita. Oleh sebab itu, kemarin ada penyesuaian harga BBM," imbuh Jokowi.
Masih percaya ? https://t.co/X4cIiMMetX
— Muhammad Said Didu (@msaid_didu) September 18, 2022Sumber: NewsWorthy
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas