Hal tersebut ditanggapi Said Didu melalui akun Twitter pribadi miliknya. Dalam cuitannya, Said Didu menyebutkan bahwa pembengkakan tersebut bukan terjadi terkait harga minyak dunia yang sedang naik.
Baca Juga: Sri Mulyani Tegaskan Soal Dana Subsidi BBM yang Masih Dinikmati yang Punya Mobil, Said Didu: Sebentar Lagi Akan...
Said Didu menuturkan bahwa ada dua alasan utama yang menjadi penyebabnya.
"Artinya penyebabnya bukan krn harga minyak dunia yg naik, tapi; yang pertama ketidakmampuan menjaga nilai kurs rupiah shg melemah menjadi sktr Rp 14.900," ujar Said Didu melalui akun Twitter pribadi miliknya pada Senin (5/9).
Lanjut, Said Didu juga mengatakan bahwa penyebab kedua yakni berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Kedua, ketidakmampuan mengelola utang shg APBN terbebani bayar utang sktr Rp 800-900 trilyun atau sktr 35-40i penerimaan negara," pungkas Said Didu.
Sementara itu, anak buah Sri Mulyani, Suahasil Nazara menyatakan, dengan kenaikan harga tersebut, pembengkakan bisa diminimalkan menjadi 'hanya' Rp650 triliun.
"Rp502 triliun sudah membengkak sampai estimasi kita Rp 698 triliun. Dengan kenaikan Pertalite dan Solar, maka kita perkirakan tidak jadi di Rp 698 triliun, tapi sekitar Rp 650 triliun," ungkap Suahasil.
Hal itu diungkapkan Suasil dalam acara CNBC Indonesia TV, Senin (5/9).
"Jadi subsidinya ini masih besar sekali sebenarnya, masih Rp 650 triliun meskipun kita sudah melakukan peningkatan harga Pertalite dan Solar," lanjutnya.
Baca Juga: Nah Kan! Jokowi Pernah Jamin Harga BBM Tidak Bakal Naik Hingga Akhir Tahun, Said Didu: Bolehkah Rakyat Diberikan Kode...
Terkait hal tersebut, lonjakan subsidi dipengaruhi 3 hal menurut Suahasil. Pertama adalah harga minyak dunia yang masih tinggi di atas perkiraan pemerintah US$ 95 per barel rata-rata setahun.
Kedua adalah kurs di mana perkiraan pemerintah sebelumnya yakni Rp 14.350/US$ rata-rata setahun, akan tetapi realisasinya melemah lebih dalam. Ketiga yaitu volume konsumsi BBM.
Artinya penyebabnya bukan krn harga minyak dunia yg naik, tapi :1) ketidakmampuan menjaga nilai kurs rupiah shg melemah menjadi sktr Rp 14.9002) ketidakmampuan mengelola utang shg APBN terbebani bayar utang sktr Rp 800-900 trilyun atau sktr 35-40i penerimaan negara https://t.co/NAvwghpqAz
— Muhammad Said Didu (@msaid_didu) September 5, 2022Sumber: NewsWorthy
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas