Said Didu membandingkan saat pemerintah berhasil memberikan subsidi terhadap bahan bakar minyak (BBM) di tahun 2008 silam.
Baca Juga: Tolak Kenaikan Harga BBM, Legislator Senayan: Jurang Kesenjangan Akan Semakin Dalam
Padahal, menurut Said Didu, pada tahun 2008, harga minyak mentah jauh lebih tinggi dari harga minyak mentah tahun ini.
“Kenapa saat ini pemerintah sdh tdk mampu subsidi, tapi 2008 sanggup ? 2008 harga minyak mentah $ 140, 2022 sktr $ 100 per barrel,” tulis Said Didu di akun Twitter-nya pada Rabu (24/8).
Selain mengacu pada harga minyak mentah, mantan pejabat BUMN ini juga menyoroti prosentase alokasi untuk pembayaran utang.
Pada tahun 2008, prosentase alokasi untuk membayar utang hanya sekitar 13 persen, tetapi saat ini prosentasenya mencapai 33 persen.
“1) 2008, prosentase pendapatan utk bayar utang sktr 13%, sekarang prosentasenya sktr 33 %. 2) kurs melemah sktr 60% (dari Rp 9.000 menjadi Rp 14.900),” lanjutnya.
Kenapa saat ini pemerintah sdh tdk mampu subsidi, tapi 2008 sanggup ?2008 harga minyak mentah $ 140, 2022 sktr $ 100 per barrel1) 2008, prosentase pendapatan utk bayar utang sktr 13%, sekarang prosentasenya sktr 33 %2) kurs melemah sktr 60% (dari Rp 9.000 menjadi Rp 14.900).
— Muhammad Said Didu (@msaid_didu) August 23, 2022Selain itu, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar juga menjadi salah satu faktor pendukung pemerintah tak bisa memberikan subsidi BBM.
Sumber: NewsWorthy
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas