Adi Prayitno membandingkan persentase kekalahan Prabowo Subianto di Pilpres 2014 dan 2019 yang cukup banyak di tahun 2019.
Baca Juga: Meskipun Pagar Roboh, Anies Baswedan Tetap Menuai Pujian Soal JIS: Bikin Stadium Kelewatan...
Ia mengatakan bahwa hal itu menunjukkan isu-isu Islamisme atau marak disebut politik identitas berhasil mengugugah orang untuk terlibat dalam politik elektoral.
“Itu artinya apa, satu sisi memang, isu-isu Islamisme, isu-isu keagamaan ‘politik identitas’ itu berhasil membuat seseorang itu engage terlibat dalam persoalan-persoalan politik elektoral,” ujar Adi Prayitno di kanal YouTube Total Politik yang ditayangkan pada Selasa (26/7).
Kelompok mayoritas dalam hal ini salah satunya yaitu kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas akhirnya muncul dan terkonsolidasi.
Mereka muncul untuk melawan politik identitas yang dianggap membahayakan suasana kebatinan politik nasional.
Di Pilpres 2019, kelompok tersebut akhirnya mendukung Jokowi dan membuat selisih peroleh suara antara Jokowi dan Prabowo menjadi 9 persen.
“Tapi ketika ada isu-isu identitas politik, kelompok-kelompok ini berdenyut dan muncul, melawan kelompok-kelompok yang dianggap identitas dan mendukung Jokowi saat itu,” ujar Adi.
Sumber: NewsWorthy
Artikel Terkait
[ANALISIS] Peringatan Keras Panglima TNI Untuk Prajurit Aktif Rangkap Jabatan
Jokowi Diminta Sembunyi Dulu 5 Tahun
Tegas! Dikontak Pertamina, Fitra Eri Tolak Tawaran untuk Bantah Isu Pertamax Oplosan
Intip Dua Sosok Istri Tersangka Mega Korupsi Minyak Mentah, Langsung Gembok Akun Medsos