"Harga minyak sawit berjangka di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup melesat 6,5 persen dan menutup beberapa kerugian pekan lalu. Harga CPO berakhir di MYR 4.922/ton atau US$1.117,42 per ton," kata Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran, Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau, Defris Hatmaja, dilansir dari laman resmi Pemerintah Provinsi Riau pada Rabu (6/7/2022).
Selain itu, beberapa pabrik kelapa sawit di Malaysia sementara ini telah menghentikan produksinya setelah harga CPO anjlok. Di sepanjang bulan Juni, harga CPO telah merosot 21,76 persen menjadi penurunan terbesar selama 13 tahun atau sejak krisis keuangan pada 2008 lalu.
'Harga CPO jatuh dari posisi tertinggi bulan ini di MYR6.632/ton menjadi MYR4.922/ton dan menghapus sebagian besar kenaikan pada tahun ini," jelasnya.
Menurut Presiden Asosiasi Penggilingan Minyak Sawit Malaysia (POMA) Steven Yow bahwa pabrik CPO Malaysia membeli Tandan Buah Sawit (TBS) berdasarkan harga pasar harian.
"Tidak ada pabrik yang mampu membeli TBS dengan harga ini," katanya, dilansir dari laman Reuters.
Dia juga memperkirakan jika CPO diperdagangkan dengan harga saat ini, pabrik akan merugi karena adanya biaya produksi yang tinggi di tengah krisis tenaga kerja.
"Diproyeksikan pabrik CPO Malaysia akan merugi sekitar MYR150.000 (US$34.067) untuk setiap 100 ton CPO yang diproduksi karena saat ini pembeli menawarkan harga sekitar MYR4.700/ton," jelasnya.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
[ANALISIS] Peringatan Keras Panglima TNI Untuk Prajurit Aktif Rangkap Jabatan
Jokowi Diminta Sembunyi Dulu 5 Tahun
Tegas! Dikontak Pertamina, Fitra Eri Tolak Tawaran untuk Bantah Isu Pertamax Oplosan
Intip Dua Sosok Istri Tersangka Mega Korupsi Minyak Mentah, Langsung Gembok Akun Medsos