Kontrak minyak sawit acuan FCPOc3 untuk pengiriman September 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange tercatat turun 2,1 persen menjadi RM4.611 (US$1.046,05) per ton pada awal perdagangan. Sekadar informasi, harga kontrak minyak sawit turun 4 persen pada hari Jumat (1/7/202) lalu.
Sebelumnya pada minggu (3/7/2022), Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menaikkan rasio angka pengali ekspor CPO dan bahan baku minyak goreng menjadi tujuh kali lipat dari kewajiban pasar domestik (DMO). Pada periode Juni 2022, kuota ekspor Indonesia telah mencapai 3,4 juta ton.
Sementara itu, kontrak kedelai teraktif Dalian DBYv1 turun 1,97 persen dan kontrak minyak sawit DCPv1 turun 2,24 persen. Dilansir Reuters, harga minyak mentah juga tercatat turun di awal perdagangan Asia pada hari Senin karena kekhawatiran resesi global yang membebani pasar. Bahkan, ketika pasokan tetap ketat di tengah produksi OPEC yang lebih rendah, kerusuhan di Libya, dan adanya sanksi terhadap Rusia.
Minyak mentah berjangka yang lebih lemah membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel. Analis teknis Reuters, Wang Tao mencatat, harga minyak sawit mungkin stabil di sekitar RM4.588 per ton, dan bisa saja naik hingga menjadi RM4.742 per ton.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Tegas! Dikontak Pertamina, Fitra Eri Tolak Tawaran untuk Bantah Isu Pertamax Oplosan
Intip Dua Sosok Istri Tersangka Mega Korupsi Minyak Mentah, Langsung Gembok Akun Medsos
VIRAL Unggahan Warganet Lakukan Uji Coba Pertalite RON 90, Hasilnya Bikin Syok!
KPK Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar di Kasus e-KTP