Dari dalam negeri, rupiah dipengaruhi oleh data inflasi yang berada di luar perkiraan. Inflasi tahunan Juni 2022 tercatat sebesar 4,35%, tertinggi sejak Juni 2017 yang sebesar 4,37%.
Sementara dari global, sinyal bahaya akan terjadinya resesi ikut membayangi pergerakan rupiah. Pasar juga tengah menantikan kabar dari bank sentral AS, The Fed, mengenai kebijakan moneter dalam memerangi inflasi.
"Di tengah kebijakan pengetatan moneter bank sentral dunia, ditambah inflasi yang tinggi, risiko resesi meningkat," tegas pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, dilansir dari Antara, Senin, 4 Juli 2022.
Jelang siang, rupiah melemah -0,46% ke level Rp14.931 per dolar AS. Rupiah juga anjlok parah terhadap dolar Australia (-0,49%), poundsterling (-0,51%), dan euro (-0,56%). Di Asia, rupiah menjadi mata uang paling lemah. Rupiah keok atas yuan (-0,72%), yen (-0,58%), dolar Hong Kong (-0,48%), baht (-0,43%), dolar Singapura (-0,40%), won (-0,35%), ringgit (-0,27%), dan dolar Taiwan (-0,18%).
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Bukan Mobil atau Motor, Pria Ini Naik Babi Terobos Banjir
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?