Direktur Utama Argon Group, Krestijanto Pandji mengatakan bahwa pertumbuhan industri kesehatan di Indonesia serta kebijakan pemerintah yang mendorong substitusi produk impor dan mengutamakan pemakaian produk dalam negeri mendorong perusahaan untuk membangun pabrik alat kesehatan tersebut.
“Kami sedang bangun medical devices makanya kita bangun perusahaan Deca Metric karena melihat kebijakan pemerintah untuk TKDN, yg menggunakan komponen dalam negeri harus paling besar sampai 90 persen. Ini perusahaan baru bersiri 2 tahun,” ujar Krestijanto, dalam acara media gathering, di Jakarta, Kamis (30/6/2022).
Ia menyatakan bahwa saat ini pembangunan pabrik sududah masuk tahap penyelesaian. Perseroan pun optimis kinerja akan semakin meningkat dengan catatan, pemerintah mendahulukan produk-produk dalam negeri.
“Sekarang pemerintah sudah punya kebijakan TKDN ini kepastian pasar. Jadi hitungan kami tepat masuk ke manufaktur, bangun pabrik. Marginnya lebih tinggi bisa 2-3 kali lioat dibandingkan distribusi. Pabriknya di Jababeka 2, Cikarang, sudah tahap penyelesaian, Januari mulai operasional, kami akan mulai produksi kasa dab wound dressing,” ucapnya.
Lebih lanjut Ia menegaskan jika keputusan ini merupakan langkah penting perseroan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menggalakkan pemakaian alat kesehatan produksi dalam negeri dengan nilai TKDN yang tinggi agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
Langkah tersebut diharapkan dapat menumbuhkan industri farmasi dan alat kesehatan di dalam negeri, sekaligus menurunkan impor produk farmasi dan alat kesehatan.
Menurut data UN Comtrade dan BPS, defisit produk farmasi Indonesia selama lima tahun terakhir (2017 – 2021) terus meningkat, dan terakhir mencapai US$ 3,8 miliar pada 2021. Pada periode yang sama, nilai impor alat kesehatan tercatat US$ 10,1 miliar.
Data Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan mencatat, industri alat kesehatan melonjak 3,6 kali lipat menjadi 698 unit, dalam lima tahun terakhir. Selain itu, jumlah rumah sakit juga terus berkembang pesat. Selama sepuluh tahun terakhir (2011 – 2021), data BPS menunjukkan, jumlah rumah sakit melonjak hampir dua kali lipat, dari 1.721 unit menjadi 3.112 unit.
“Dengan perubahan perilaku konsumen yang semakin memprioritaskan kesehatan dan kebijakan pemerintah yang mengutamakan produk dalam negeri, masa depan industri farmasi dan alat kesehatan akan sangat menjanjikan,” tutunya.
Ia mengungkapkan bahwa berdasarkan ddata Kementerian Kesehatan, pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia hanya senilai US$120 per kapita. Sementara, Malaysia sudah senilai US$437 per kapita dan Singapura US$2.856 per kapita.
“Kalau kita sama kayak Malaysia dalam 5 tahun artinya ada potensi US481 miliar untuk growth-nya. Apalagi sampai ke Singapura yang US$2.856 per kapita. Makanya potenai induatri alkes di Indonesia untuk growth-nya,” ucapnya.
Ia mengungkapkan jika perusahaan didukung oleh jaringan distribusi yang terdiri dari 1 National Distribution Center, 33 gudang cabang, serta 3 kantor perwakilan yang menjangkau 34 provinsi di Indonesia.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas