Menurut Business Director Allianz Life Indonesia Bianto Surodjo, ada dua faktor yang membuat kinerja industri asuransi khususnya Allianz Life tetap moncer di tahun ini. Pertama adalah kesadaran berasuransi yang semakin meningkat karena adanya pandemi Covid-19. Dan kedua, meningkatnya daya beli imbas dari kembali normalnya aktivitas atau mobilitas masyarakat pasca Pandemi Covid-19.
"Dua kombinasi (demand dan awareness) itu yang membuat kami optimis. seiring berjalannya waktu kita optimis semakin positif," ujar Bianto di Jakarta, Rabu (29/6/2022).
Selain dua kombinasi itu, pihaknya juga fokus meningkatkan layanan dan pemasaran melalui digitalisasi serta memperluas kanal-kanal distribusi. Baca Juga: Sepanjang 2021, Allianz Life Cetak Pendapatan Premi Rp19 Triliun
"Allianz menyediakan produk-produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan asuransi nasabah. Kami senantiasa meningkatkan layanan melalui digitalisasi dan memperluas kanal distribusi, dengan cara merekrut agen yang memenuhi kualifikasi serta berlisensi, juga berkolaborasi lebih erat lagi dengan mitra perbankan," paparnya.
Terkait gejolak ekonomi dan geopolitik global, Dia menilai dampaknya ke Indonesia tidak terlalu besar karena keberhasilan pemerintah menjaga iklim usaha dan perekonomian dari berbagai risiko tersebut.
"Memang kita lihat banyak sekali gejolak ya, tapi kami lihat harusnya impak yang ada tidak besar karena pemerintah bekerja baik jadi mudah-mudahan sesuai harapan kami bahwa impak ke Indonesia minimum. Kami percaya tahun 2022 ini harusnya lebih baik kalaupun ada gejolak itu jangka pendek saja," jelas Bianto.
Sebagai informasi, Allianz Life Indonesia mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun 2021, dengan Pendapatan Premi Bruto (Gross Written Premium) sebesar Rp 19 triliun atau tumbuh 12,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kinerja ini didukung oleh pertumbuhan bisnis dari berbagai kanal distribusi, terutama keagenan dan Bancassurance.
Dengan pertumbuhan bisnis yang positif, Allianz Life Indonesia membukukan total aset sebesar Rp 42,8 triliun. Sementara kesehatan finansial perusahaan yang diukur oleh rasio Risk-Based Capital (RBC) tercatat sebesar 405% pada tahun 2021, jauh di atas ketentuan regulator sebesar 120%.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Bahlil dan Agus Kartasasmita Diduga Punya Masalah yang Mirip Airlangga Hartarto
Rocky Gerung Sebut Ucapan Selamat Jalan Luhut ke Jokowi Penanda, Penanda Apa?
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas