Tentara Brigade Golani IDF Curhat Tak Mampu Beli Susu Anaknya, Pemerintah Israel Diambang Kebangkrutan 

Thursday, 28 December 2023
Tentara Brigade Golani IDF Curhat Tak Mampu Beli Susu Anaknya, Pemerintah Israel Diambang Kebangkrutan 
Tentara Brigade Golani IDF Curhat Tak Mampu Beli Susu Anaknya, Pemerintah Israel Diambang Kebangkrutan 

SurabayaNetwork.id - Perang Thufanul Aqsa berlangsung lebih dari 80 hari di Gaza dengan korban jiwa 20.000 orang lebih di pihak Palestina, belum termasuk mereka yang berada di bawah reruntuhan.
 
Sebanyak 305.000 bangunan juga rata dengan tanah akibat pemboman brutal tentara IDF Israel yang disebut-sebut memiliki tentara utama dan cadangan untuk perang Thufanul Aqsa kali ini.
 
Salah satu brigade elit tentara IDF Israel, Brigade Golani dikabarkan kehilangan jumlah personel mereka 40 persen lebih akibat perlawanan para pejuang Palestina.
 
 
Akibat hal tersebut, Brigade Golani ditarik sepenuhnya kembali ke barak mereka di Israel untuk mencegah kehilangan anggota lebih banyak lagi.
 
Saat kembali ke pangkalan mereka, Brigade Golani membuat sebuah pesta atas penarikan mundur pasukan tim elit tersebut dengan bernyanyi atas selesainya tugas mereka di Gaza Palestina.
 
Alih-alih bersedih karena tidak mampu menjangkau Gaza lebih masuk lagi demi kesatuan militer mereka, ketika kembali Brigade Golani justru bertindak seolah-olah bebas tugas dan kembali ke kehidupan mereka untuk menagih gaji pada pemerintah Israel.
 
Sayang sungguh sayang, bukan kemenangan yang mereka peroleh, bahkan gaji sebagai tentara cadangan pun tidak bisa mereka nikmati karena kondisi keuangan negara sedang kolaps.
 
Salah seorang anggota elit Brigade Golani dalam video postingan akun Instagram @mhuseingaza01 mengajukan tuntutan yang mengejutkan dari brigade terkuat dalam militer Israel ini.
 
Laayof Moshayef yang merupakan tentara elit Brigade Golani hasil rekrutan 7 Oktober 2023 bersama kakaknya memiliki bisnis hotel dan supermarket kecil yang terpaksa dia tinggalkan demi menjadi tentara IDF Israel.
 
Laayof ditempatkan di Gaza, tepatnya Shujaiya yang terkenal dengan jebakan para pejuang Palestina yang sangat menakutkan bagi tentara Israel.
 
Sementara kakaknya bertugas di utara untuk menangkal serangan Hizbullah Lebanon yang terkenal dengan senjata mereka yang canggih dan kuat dibandingkan pejuang Palestina.
 
Saat kembali Laayof sangat terkejut karena seluruh bisnis keluarganya hancur akibat dia ditipu oleh orang yang mengelola bisnisnya selama dia menjadi tentara cadangan Israel.
 
Laayof pun belum mendapatkan satu shekel pun sebagai gajinya dari pemerintah Israel atas kerja kerasnya berjuang di bawah rentetan tembakan para pejuang Gaza yang beresiko sangat tinggi.
 
Dia menuntut pemerintah Israel untuk mengganti kerugiannya selama menjadi tentara cadangan di Gaza Palestina karena dia tidak mampu membeli susu untuk putri kecilnya.
 
 
Biaya perang yang dikeluarkan pemerintah Israel pada Thufanul Aqsa ini sangat besar, bahkan disebut-sebut senilai 20 miliar dolar AS, suatu nilai yang besar untuk negara seukuran Israel.***

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: murianetwork.com

Komentar

Artikel Terkait

Terkini