Sosok Prof Ova Emilia, Rektor UGM Yang Diduga Ketakutan Didemo Alumni Soal Isu Ijazah Palsu Jokowi

- Jumat, 18 April 2025 | 20:50 WIB
Sosok Prof Ova Emilia, Rektor UGM Yang Diduga Ketakutan Didemo Alumni Soal Isu Ijazah Palsu Jokowi




POLHUKAM.ID - Sosok rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ova Emilia ikut jadi sorotan di tengah isu ijazah palsu Jokowi.


Ia disebut ketakutan pada aksi para alumni yang menggeruduk kampus untuk mempertanyakan keaslian ijazah Mantan Presiden Joko Widodo. 


Pegiatan media sosial yang juga alumni UGM, dokter Tifauzia Tyassuma atau dr. Tifa menilai sikap pimpinan UGM menunjukkan adanya kesadaran bahwa telah terjadi kekeliruan.


Tifauzia Tyassuma menyayangkan sikap rektor UGM Prof Ova Emilia yang tidak akan menemui Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) dan ratusan alumni kampus tersebut pada Selasa (15/4/2025)


Kedatangan para aktivis dan alumni beragendakan meminta klarifikasi dan mengecek keabsahan ijazah Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi yang saat ini masih menjadi polemik.


"Beredar informasi dari UGM, Rektor UGM Prof Ova Emilia tidak akan menemui TPUA dan Alumni UGM yang akan datang ke UGM meminta penjelasan tentang Indikasi Fraud dalam Ijazah dan Skripsi Jokowi, dan hanya diwakilkan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan," tulis perempuan yang karib disapa dokter Tifa, dikutip dari X, Senin (14/4/2024).


Tifa juga membocorkan bahwa aktivis dan alumni hanya akan ditemui di sebuah ruangan di Fakultas Kehutanan, bukan di Gedung Rektorat.


"Tamu juga hanya akan diterima di sebuah ruangan kecil di Fakultas Kehutanan UGM, bukan di Rektorat, dan yang boleh ikut dalam pertemuan hanya 5 orang saja," imbuhnya


Tifa menduga, sikap rektor yang mencoba menghindar tersebut sebagai bentuk ketakutan


"Sikap dari Rektor UGM ini sebetulnya sudah menyiratkan ketakutan. Tidak ada orang takut dengan kebenaran ketika ia berbuat benar," katanya


"Orang yang takut adalah orang yang mengetahui kesalahan, dan atau terlibat dalam kesalahan itu."


"Senior Ibu Rektor, yaitu Mantan Rektor UGM Profesor Sofian Effendi sudah mencontohkan sikap Ksatria khas seorang Akademisi dan Ilmuwan yang berpegang teguh pada kebenaran dan jalan pedang seorang Akademisi, yang lurus, tajam, dan teguh. Sangat disayangkan sikap Rektor UGM ini," tandas Tifa


Sosok Prof Ova Emilia




Melansir dari Wikipedia, Ova Emilia lahir 19 Februari 1964.


Ia adalah seorang guru besar ilmu Pendidikan Kedokteran pada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM serta rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terpilih pada 20 Mei 2022.


Ia adalah rektor perempuan kedua UGM setelah Dwikorita Karnawati yang menjabat periode 2014-2017 dan dilantik secara resmi menjadi rektor UGM pada 27 Mei 2022.


Sebelumnya, ia adalah dekan FKKMK UGM Periode sejak 2016 hingga 2022.


Ia adalah anak dari Zaini Dahlan yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia dan UIN Sunan Kalijaga.


Ia menikah pada tahun 1990 dengan pria yang berasal dari Korea Selatan yaitu Jang Keun Wong yang telah menjadi Islam dan memiliki nama Abdul Nasir.


Dari pernikahan mereka memiliki empat orang anak yang terdiri dari dua putri dan dua putra di mana salah satu putrinya mengikuti jejaknya sebagai dokter.


Ia adalah alumni SMP Negeri 5 Yogyakarta, SMA Negeri 1 Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Universitas Dundee dan Universitas New South Wales.


Ia menyelesaikan pendidikan dokter spesialis di bidang Obstetri Ginekologi dan dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan subspesialis (Konsultan) di bidang Obstetri Ginekologi Sosial.[11]


Terkait LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara), per 31 Agustus 2022 beliau tercatat memiliki kekayaan sebesar Rp 29,2 milyar.


Ia bergabung menjadi dosen sekaligus dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada pada tahun 1990. Ia bergabung sebagai anggota departemen obstetrik dan ginekologi.


Ia menjadi dekan beberapa bulan setelah penobatannya sebagai guru besar (profesor) pada 21 April 2016 dengan judul “Pendidikan Kedokteran : Perkembangan dan Tantangan”.


[14][15] Sebelum menjadi dekan, posisinya adalah Wakil Dekan bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni.


[14] Ia kemudian dilantik sebagai dekan untuk periode 2016-2021.


Ketika menjadi dekan, Ia membentuk kurikulum bagi dokter untuk pelayanan KB yang menjadi model pelatihan yang diangkat secara nasional dan diterapkan di Fakultas Kedokteran di Indonesia.[16]


Selain menjadi dekan, Ia juga menjabat sebagai Ketua INDOHUN (Indonesia One Health University Network) atau jaringan universitas yg memiliki fokus pada penerapan konsep One Health (kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan) di Indonesia.[13][17]


Ia pernah termasuk ke dalam 1000 ilmuan Indonesia versi Google Cendekia.


Ia maju sebagai calon Rektor Universitas Gadjah Mada periode 2022-2027 dengan dukungan dari beberapa rekan seperti beberapa dekan meskipun maju pada saat masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan.[20]


Ia terpilih sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada periode 2022-2027 menggantikan Prof. Panut Mulyono dengan mengalahkan dua calon dari Fakultas Teknik yaitu Prof. Bambang Agus Kironoto dan Prof. Deendarlianto.


Salah satu program kerjanya adalah tidak ada mahasiswa yang putus kuliah akibat UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang tinggi, tidak ada kasus kekerasan seksual dalam lingkungan kampus, serta menghasilkan 1.500 brief policy yang dapat digunakan masyarakat umum sehingga Universitas Gadjah Mada tidak hanya menjadi kampus menara gading tetapi kampus yang berguna bagi masyarakat sekitar melalui penelitian atau riset yang hilirisasi ke inovasi serta menyelesaikan persoalan yang dihadapi bangsa.


[20][21][22] Selain itu, Ia berkomitmen untuk memperkuat pendalaman dan penanaman jati diri UGM sebagai Universitas Pancasila, Universitas Nasional, Universitas Perjuangan, Universitas Kerakyatan, dan Universitas Pusat Kebudayaan di lingkungan internal serta menerapkannya di era modern.[16][20]


Ia juga berkomitmen untuk menjadikan UGM sebagai kampus yang bebas dari kekerasan seksual.


[23] Komitmen lainnya adalah menegakkan status UGM sebagai kampus perjuangan dan kampus Pancasila melalui menjaga kebhinekaan dan inklusivitas serta mewujudkan personalizing education dan education without borders.


Sumber: Tribun

Komentar