Petinggi Gerindra: Upaya Menjegal Prabowo Oleh Raja Kecil Memang Terasa!

- Selasa, 11 Februari 2025 | 14:20 WIB
Petinggi Gerindra: Upaya Menjegal Prabowo Oleh Raja Kecil Memang Terasa!




POLHUKAM.ID - Presiden Prabowo Subianto kembali menyinggung soal penghematan anggaran. 


Bahkan, Prabowo menyebut ada raja kecil yang terus mengganjal rencana itu.


Hal ini rupanya dirasakan oleh Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) Dahnil Anzar Simanjuntak. Dahnil mengatakan upaya mengganjal program Prabowo sangat dirasakannya.


"Upaya menjegal kebijakan Presiden Prabowo oleh 'raja-raja kecil' seperti yang disampaikan Presiden, memang terasa," tulis Dahnil dalam akun sosial media X pribadi @Dahnilanzar, Selasa (11/2). kumparan sudah diizinkan untuk mengutip unggahan itu.


Dahnil menyebut kebijakan Prabowo yang ingin melakukan efisiensi masih banyak yang melawan karena merasa kehilangan keuntungan.


"Kebijakan institusionalisasi baru demi efisiensi dan efektivitas program Presiden pun secara halus banyak dijegal dan dipreteli oleh mereka yang merasa kehilangan potensi rente. Diganggu agar gagal dll," tambah Dahnil yang menjadi jubir Prabowo semasa Prabowo menjabat Menhan ini.


Lebih jauh, Dahnil yang juga anggota Dewan Pembina Partai Gerindra itu meyakini masih banyak pejabat yang ingin melakukan perbaikan meskipun tidak mudah.


"Memang jalan menuju perbaikan dan perubahan tidak mudah, namun saya yakin masih banyak birokrat yang ingin perbaikan," tandas dia.


👇👇



Presiden Prabowo Subianto melakukan efisiensi anggaran kementerian/lembaga secara besar-besaran dengan menerbitkan Inpres No 25 Tahun 2025 pada 22 Januari lalu. 


Prabowo membeberkan alasan mengapa dirinya harus memangkas anggaran kementerian/lembaga.


Ia menegaskan, langkah ini diambil demi rakyat Indonesia bukan kepentingan kelompok tertentu atau pribadi.


"Saya melakukan penghematan, saya ingin pengeluaran yang tidak perlu, pengeluaran yang mubazir, yang alasan untuk nyolong ingin dihentikan, dibersihken," kata Prabowo dalam pidatonya Kongres XVIII Muslimat NU di Jatim International Expo, Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/2).


"Ada yang melawan saya, ada, dalam birokrasi, merasa sudah kebal hukum, merasa sudah jadi raja kecil, ada," ucapnya.


Ragu Ada 'Raja Kecil' yang Berani Lawan Presiden, Pengamat: Itu Hanya Halusinasi Prabowo


Presiden Prabowo Subianto mengungkap ada pihak yang berani melawan dirinya, menyusul adanya kebijakan kepala negara soal Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja Dalam Pelaksanaan APBN/APBD 2025.


Prabowo menganggap mereka yang berani karena merasa kebal hukum dan menjadi raja kecil.


Lantas siapa raja kecil yang dimaksud Prabowo berani melawan presiden tersebut?


Menanggapi pernyataan Prabowo, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai bahwa pihak yang dimaksud Prabowo berani membuat perlawanan terhadap kebijakan efisiensi anggaran adalah mereka yang berada di daerah.


"Dari sisi struktur kebijakan pemotongan anggaran tidak begitu terdampak ke belanja kementerian, tetapi lebih pada kedinasan di daerah yang lebih banyak selenggarakan pembelanjaan. Jika merujuk pada statement Prabowo soal raja kecil, besar kemungkinan itu ada di daerah," kata Dedi kepada Suara.com, Selasa (11/2/2025).


Meski besar kemungkinan pernyataan Prabowo merujuk kepada pejabat di daerah, menurut Dedi, pernyataan Prabowo soal ada yang berani melawan presiden tidak sepatutnya dipercaya.


"Tetapi, statement Prabowo tidak sepatutnya dipercaya karena sebagai presiden tidak mungkin ada yang berani melawan. Andai pun ada yang mengeluh, tetap saja itu bukan perlawanan," kata Dedi.


Lebih jauh, Dedi merasa Prabowo hanya berhalusinasi tentang adanya pihak yang berani melawan presiden.


Analisis itu diungkapkan Dedi merujuk pernyataan-pernyataan serupa yang turut disampaikam Prabowo dalam pidatonya.


"Saya rasa itu hanya halusinasi Prabowo, terlebih Prabowo sering membuat statement senada. Ia menyebut ada yang mengancam, ada yang mengejek, ada yang hendak memisahkannya dengan Jokowi, lalu sekarang menyatakan ada yang melawan," kata Dedi.


"Karena bagaimana caranya ada perlawanan dari struktur di bawah presiden, jika ada maka itu disebut kudeta," sambungnya.


Sumber: Kumparan

Komentar