polhukam.id -- Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2 yaitu Gibran Rakabuming Raka menyampaikan bahwa program hilirisasi harus tetap dilanjutkan dan diperluas pada saat menyampaikan visi misinya di debat keempat Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024.
Gibran Rakabuming Raka mengatakan bahwa negara Indonesia merupakan negara besar yang memiliki sumber daya alam yang sangat kaya.
“Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya diantaranya kita mempunyai cadangan nikel terbesar di dunia, timah terbesar nomor 2,” kata Gibran.
Cawapres nomor urut 2 yaitu Gibran mengatakan dengan kayanya sumber daya alam di negara Indonesia, maka program hilirisasi harus dilanjutkan dan diperluas.
“Oleh karena itu, program hilirisasi harus dilanjutkan dan diperluas pencakupannya,” ujar Gibran.
Menurut Gibran, perluasan hilirisasi bisa mengarah ke sektor pertanian, maritim hingga digital. Sehingga nantinya Indonesia tidak lagi mengirim barang mentah untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
“Kita tidak boleh lagi mengirim barang mentah untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil,” kata Gibran.
Cawapres nomor urut 2 yaitu Gibran mengatakan bahwa dirinya akan mendorong transisi menuju energi hijau seperti bioavtur, biodiesel, dan bioethanol.
Selain itu, Gibran juga mengatakan bahwa potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia sudah luar biasa dikarenakan bisa mencakup 3.686 gigawatt (GW) yang meliputi energi surya, angin, air, bioenergi, dan panas bumi.
Demikian informasi mengenai Cawapres nomor urut 2 yaitu Gibran Rakabuming Raka yang mengatakan bahwa program hilirisasi di Indonesia harus dilanjutkan dan diperluas.***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: ayopalembang.com
Artikel Terkait
Menko Yusril Sebut Prabowo Siapkan Program KOMCAD untuk Terpidana Kasus Narkoba
Berhasil Dilantik jadi Menteri Investasi, Rosan Roeslani Ternyata Punya Kekayaan Senilai Lebih dari 860 Miliar!
Saling Bantah Anies vs Khoirudin PKS, Ini Pernyataan Lengkap Keduanya Lewat Pesan Suara
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!