Citra yang berpotensi rusak tersebut, yakni Airlangga sebagai tokoh yang netral. Citra netralistas Airlangga itu akan rusak, jika memilih Ganjar sebagai cawapres.
Sebab, menurut Albertus, selama ini figur Ganjar direpresentasikan oleh publik seperti sosok Joko Widodo (Jokowi). Sementara pada satu sisi, lanjut Albertus, Jokowi semenjak pilpres identik dengan kelompok pendukungnya yang disebut sebagai kelompok cebong.
Seperti diketahui, situasi politik saat ini memang masih lekat dengan politik identitas, semisal adanya polarisasi kelompok cebong dan kelompok kadrun.
"Bagi saya kalau tadi ya ini analisis saya ya kalau misalkan nanti Airlangga berpasangan dengan Ganjar itu bisa merusak citra dari Pak Airlangga sebagai tokoh yang netral," katanya dalam webinar dengan topik Menuju Pilpres 2024, Mencari Pasangan Untuk Airlangga, Jumat (13/5/2022).
Padahal, menurut Albertus, sebagai figur dengan citra yang netral, Airlangga diharapkan bisa menjadi penengah bagi dua kelempok pendukung tersebut.
"Yang bisa menjaga keseimbangan tadi, mendamaikan dua kelompok ini. Nah itu. Itu menurut saya," ujar Albertus.
Karena itu, Albertus mengingatkan agar Airlangga dapat lebih cermat dalam memilih pasangannya sebagai cawapres apabila pada 2024 Airlangga benar-benar maju dalam bursa pencalonan presiden.
"Sehingga bagi saya bahwa Pak Airlangga harus lebih cermat memilih calonnya untuk maju di Pilpres 2024. Karena isu politik yang harus ditingkatkan lagi itu mengenai bagaimana mendamaikan itu," katanya.
Sumber: suara.com
Artikel Terkait
Menko Yusril Sebut Prabowo Siapkan Program KOMCAD untuk Terpidana Kasus Narkoba
Berhasil Dilantik jadi Menteri Investasi, Rosan Roeslani Ternyata Punya Kekayaan Senilai Lebih dari 860 Miliar!
Saling Bantah Anies vs Khoirudin PKS, Ini Pernyataan Lengkap Keduanya Lewat Pesan Suara
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!