POLHUKAM.ID -Pemilu 2024 beda jauh dengan Pemilu sebelum-sebelumnya, termasuk 2019. Pada Pemilu 2024 ini kesan kepentingan kekuasaan sangat terasa.
Demikian disampaikan analis politik Hendri Satrio, pada diskusi "OTW 2024" dengan tajuk Menakar Pilpres Pasca Putusan MK, di Hotel AONE, Jakarta Pusat, Selasa (17/10).
Penggagas lembaga survei KedaiKOPI itu mengatakan, perbedaan dengan Pemilu sebelumnya tampak saat calon presiden justru melobi orang yang berkuasa, bukan kepada rakyat.
“Problemnya, Pada 2019 lalu lobi-lobi politik dilakukan si calon presiden dan calon wakil presiden kepada rakyat, supaya rakyat memilihnya,” kata Hendri.
“Yang terjadi hari ini, lobi-lobi dilakukan calon presiden dan calon wakil presiden kepada orang yang berkuasa, dengan harapan, orang yang berkuasa memberikan kekuasaannya, agar bisa berkuasa,” imbuhnya.
Perbedaan kultur politik antara 2019 dan 2024 itu, kata Hensat, memantik adanya drama politik di Mahkamah Konstitusi.
“Jadi, itu perbedaan signifikan yang sedang terjadi hari ini. Terjadilah drama-drama MK itu,” katanya.
Menurutnya, Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, bakal gagal, jika memaksakan diri maju sebagai Cawapres Prabowo Subianto.
“Putusan MK ternyata belum selesai. Mas Gibran bakal gagal melenggang,” tutupnya.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Menko Yusril Sebut Prabowo Siapkan Program KOMCAD untuk Terpidana Kasus Narkoba
Berhasil Dilantik jadi Menteri Investasi, Rosan Roeslani Ternyata Punya Kekayaan Senilai Lebih dari 860 Miliar!
Saling Bantah Anies vs Khoirudin PKS, Ini Pernyataan Lengkap Keduanya Lewat Pesan Suara
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!