POLHUKAM.ID - Pengamat politik dan ahli hukum tata negara, Refly Harun menyebut ada dua syarat yang harus dipenuhi apabila Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) ingin menang di Pilpres 2024.
Pertama, Partai Demokrat harus legowo apabila Anies Baswedan tak memilih Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi calon wakil presiden (cawapres), dan tidak hengkang dari KPP.
Sementara itu syarat yang kedua, cawapres Anies haruslah sosok baru yang punya unsur peledak, entah itu Yenny Wahid, Khofifah Indar Parawansa, atau Gatot Nurmantyo.
"Menurut saya akan lebih besar peluangnya dengan dua syarat ini. AHY dan Demokrat legowo dan tetap komit dalam koalisi," kata Refly Harun diliihat dari kanal YouTube pribadinya, dikutip Rabu (12/7/2023).
"Kemudian dia memasukkan orang baru sebagai unsur peledaknya, apakah itu Yenny Wahid, Khofifah, atau terakhir ini Gatot Nurmantyo," sambung Refly.
Menurutnya, Gatot Nurmantyo punya peluang besar untuk bisa meningkatkan elektoral, apabila ia dipilih menjadi pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024.
"Karena sesungguhnya yang dibutuhkan oleh Anies adalah penambahan suara dan juga pengamanan suara. Gatot barangkali dari sisi pengamanan, tapi bukan tidak mungkin kalau dia dijual, jauh lebih dahsyat dibandingkan AHY," tuturnya.
Sementara itu, diketahui bahwa Gatot Nurmantyo disebut-sebut telah mendapatkan restu dari kedua petinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Tak hanya itu, digadang-gadangnya Gatot Nurmantyo sebagai bakal cawapres Anies Baswedan dilaporkan telah membuat para elite Partai Demokrat sangat senang.
Gatot Nurmantyo juga dinilai memiliki visi dan misi yang sama dengan Anies Baswedan, yakni untuk memajukan hidup rakyat Indonesia.
Sumber: kontenjatim
Artikel Terkait
Menko Yusril Sebut Prabowo Siapkan Program KOMCAD untuk Terpidana Kasus Narkoba
Berhasil Dilantik jadi Menteri Investasi, Rosan Roeslani Ternyata Punya Kekayaan Senilai Lebih dari 860 Miliar!
Saling Bantah Anies vs Khoirudin PKS, Ini Pernyataan Lengkap Keduanya Lewat Pesan Suara
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!