Terkait isu yang berkembang soal poros koalisi itu bakal jadi jembatan bagi Ganjar Pranowo ataupun Anies Baswedan untuk Pilpres 2024, Zulhas, sapaan akrabnya, menyatakan sah saja dengan analisa-analisa itu. Tetapi, hingga saat ini, ketiga Parpol belum membicarakan sosok Capres.
"Bisa saja analisa itu. Yang pasti memang kesepakatan kami ini kita belum bicara Capres, Cawapres. Karena kalau kita bicara Capres-Cawapres sudah pasti bertengkar dulu. (bicara Capres-Cawapres) Itu kita belum. Kita akan buat konsep, kita rumuskan, supaya Indonesia itu jadi negara berdaulat itu bagaimana," jawab Zulhas saat ditanya soal sosok Ganjar yang akan diusung poros itu di Podcast Refly Harun, Rabu (18/5/2022).
Sebaliknya, saat ditanya isu PAN, Golkar dan PPP mengusung Anies Baswedan, Wakil Ketua MPR itu mengatakan pihaknya belum membahas soal sosok Capres yang akan diusung. Tetapi, ia tak menyalahkan adanya spekulasi-spekulasi soal itu.
"Bisa saja analisis begitu. Kan harus rangking satu atau rangking dua. Apa salahnya. Kenapa tidak. Masih terbuka. Kita belum sampai sana (bahas Capres-Cawapres)," katanya.
Poros koalisi tiga parpol itu, masih sebatas membahas masalah soal gagasan Indonesia berdaulat. Dia mengatakan, rumusan Indonesia berdaulat itu bakal jadi pijakan mereka merumuskan masa depan Indonesia.
"Sekarang kita rumuskan terus untuk Indonesia berdaulat itu apa yang mesti dilakukan. Nanti kalau sudah jadi (rumusannya), mungkin awal Juni kita akan ketemu, kita tandatangan bersama-sama," katanya.
Dia mengatakan tak menutup pintu bagi Parpol lain untuk bergabung dengan poros itu. Parpol lain yang ingin menyampaikan gagasannya soal Indonesia masa depan, pihaknya membuka diri.
Sumber: akurat.co
Artikel Terkait
Menko Yusril Sebut Prabowo Siapkan Program KOMCAD untuk Terpidana Kasus Narkoba
Berhasil Dilantik jadi Menteri Investasi, Rosan Roeslani Ternyata Punya Kekayaan Senilai Lebih dari 860 Miliar!
Saling Bantah Anies vs Khoirudin PKS, Ini Pernyataan Lengkap Keduanya Lewat Pesan Suara
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!