Dipasangkanya Anies-Ganjar digadang-gadang menjadi salah satu strategi yang mampu menghentikan polarisasi politik identitas yang sering kali digunakan para elite politik.
Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional Adib Miftahul menilai bahwa politik Indonesia masih terikat dengan strategi politik identitas. Dia juga mengatakan bahwa polarisasi politik identitas hanya berhenti dalam beberapa saat saja dalam duet Anies-Ganjar yang diusulkan.
"Rata-rata elite politik kita masih memakai politik identitas. Jadi kalau ditanya polarisasi akan turun, iya. Tapi menurut saya tidak banyak," kata Adib saat dihubungi Polhukam.id, Rabu (29/6/22).
Adib memaparkan bahwa dalam memutuskan strategi politik identitas, dibutuhkan kedewasaan dari para elite politik. Mengingat kembali saat masuknya Prabowo Subianto di bursa Capres 2019, kata Adib, mestinya dalam perhelatan politik bisa memutus polarisasi politik identitas.
"Coba kalau kita flashback, masuknya Pak Prabowo itu kan mestinya bisa mengendurkan polarisasi, tapi kan enggak banyak. Sampai sekarang juga tetap, polarisasi itu masih saja terjadi," katanya.
Sementara itu, Adib menilai bahwa usulan yang diberikan NasDem merupakan simpul politik yang ingin dibentuk olehnya. Dia juga menyebut bahwa strategi tersebut merupakan bentuk penjajakan-penjajakan yang dinilai baik, mengingat dua nama usulan selalu muncul di bursa capres 2024
"Saya kira terkait usulan NasDem soal duet Anies dan Ganjar, ini strategi penjajakan yang menurut saya bagus, ya. Karena dua nama yang dimunculkan adalah tiga besar yang selalu diurutan teratas surveinya bagus terkait elektabilitas, popularitas capres 2024," katanya.
Kendati demikian, kata Adib, penjajakan yang dilakukan NasDem tidak begitu disukai oleh partai lainnya. Hal tersebut dia katakan berdasarkan Sambutan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyinggung tiga nama yang diusulkan Nasdem.
"PDIP, Bu Mega kayanya kecewa gitu kan. Kalau mau mengajukan, ya, kadernya sendirilah. Karena memang NasDem ini kan nggak punya kader. Jadi tiga nama yang direkomendasi, Anies, Ganjar, dan Andika Perkasa ini penjajakan. Tes ombaklah," katanya.
Selain itu, Adib juga menilai bahwa NasDem tengah meramu kekuatan yang diinisiasi oleh dirinya sendiri. Ramuan tersebut, kata Adib, juga terbuka pada pencalonan lainnya.
"Makanya saya katakan juga bisa terbuka juga antara Anies dan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) misalnya. Karena kedekatan Surya Paloh, JK, dan SBY misalnya begitu," paparnya.
Dalam ramuan tersebut, Adib juga menilai, untuk memutus polarisasi dalam politik mesti merupakan arus angin strategi politik. Dia juga mengatakan strategi tersebut merupakan tingkat tertinggi dari strategi politik.
"Jadi mau Anies dengan ini (Ganjar) saya kira enggak, ini tergantung dari elite politik. Sejauh mana mereka tetap menggunakan politik identitas untuk meraih elektoral atau memang mereka juga berdewasa memainkan politik gagasan. Politik ide. Politik inovasi," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa politik identitas dapat dibaca melalu pemberitaan media. Adib menilai bahwa hal tersebut merupakan pekerjaan rumah yang mesti ditangani oleh para elit politik.
"Siapa pun calonnya saya kira akan dibenturkan soal politik identitas kalau mengacu pemberitaan media sosial hari ini. Inilah tugas berat elite politik," pungkasnya.
Sumber: suara.com
Artikel Terkait
Menko Yusril Sebut Prabowo Siapkan Program KOMCAD untuk Terpidana Kasus Narkoba
Berhasil Dilantik jadi Menteri Investasi, Rosan Roeslani Ternyata Punya Kekayaan Senilai Lebih dari 860 Miliar!
Saling Bantah Anies vs Khoirudin PKS, Ini Pernyataan Lengkap Keduanya Lewat Pesan Suara
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!