Ungkapan itu disematkan kepada partai politik yang hanya mengantarkan calon nonpartai atau mendukung kader partai lain untuk maju dalam kontestasi elektoral. Langkah itu menunjukkan bahwa Partai NasDem gagal melakukan kaderisasi karena tidak mampu mengusung calon presiden dari kader internalnya sendiri.
"Partai 'ojek politik' mungkin pantas disematkan kepada NasDem. Partai dalam konteks ini bisanya jadi pengantar saja karena hanya bisa mengusung tokoh eksternal maju di pilpres atau pilkada," kata Pangi, Kamis (23/6/2022).
Dia mengatakan NasDem seperti ojek yang mengantarkan seorang tokoh maju menjadi calon presiden atau kepala daerah lalu memiliki kesepakatan tertentu.
"Setelah diantarkan ke kursi presiden atau kepala daerah, lalu dapat deal-deal. Setelah itu, bisa saja pada periode berikutnya pakai partai 'ojek politik' yang sama atau pakai partai ojek politik lainnya tanpa harus jadi kader, tanpa harus mengakar di partai," tutur Pangi.
Dia menilai hal tersebut berbahaya bagi demokrasi di Indonesia. Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu menyebutkan NasDem menetapkan rekomendasi tiga bakal calon presiden yang tidak berasal dari kader partainya.
"Apa guna partai kalau yang didukung nonpartai atau kader partai lain, itu mungkin makna partai 'ojek politik' bagi NasDem," ujar Pangi.
Hal ini, lanjut dia, akan menyebabkan orang enggan bergabung dengan partai politik karena merasa bisa menjadi calon presiden atau kepala daerah tanpa harus menjadi kader partai.
"Hanya bermodal racikan elektoral, modal logistik semata, dengan gampang overconfidence dicalonkan menjadi capres oleh partai politik," pungkas Pangi Syarwi Chaniago.
Sumber: m.jpnn.com
Artikel Terkait
JANGGAL! Selain Ijazah, Skripsi Jokowi Ternyata Berbeda Dengan Teman Seangkatan, Kok Bisa?
VIRAL Beredar Pengumuman di Koran KR Tahun 1980 Jokowi Diterima Fakultas Kehutanan UGM
Wapres Gibran Diduga Lindungi Mafia Beras
Banyak Menteri Gagal Paham Arah, Prabowo Didorong Reshuffle Kabinet Secara Radikal!