Partai Amanat Nasional (PAN) yang telah masuk dalam koalisi Jokowi sampai saat ini masih harus menunggu keputusan Jokowi terkait pergantian kursi kabinetnya.
Ketua DPP PAN, Ahmad Yohan menyebut bahwa urusan pergantian jajaran kabinet akan diserahkan sepenuhnya pada kewenangan Presiden Jokowi demi kepentingan bangsa.
"Terkait Menteri ini Kalau PAN ini sudah kebal lah. Mau dikasih nggak dikasih itu terserah Presiden lah. Itu kan kewenangan nya Presiden. Karena kita bergabung dengan pemerintahan Pak Jokowi ini kan tanpa syarat bahwa ada kepentingan, kepentingan bangsa dan negara biar ribut soal kegaduhan politik ini berhenti," kata Yohan dalam sebuah diskusi daring berjudul "Jangan Pegel Nunggu Reshuffle", Sabtu (11/6/2022).
Namun, kata Yohan, PAN mengaku siap dan bersedia apabila Presiden Jokowi memberi amanat kepada partai berlogo matahari putih itu untuk masuk dalam kabinetnya saat ini.
"Presiden yang punya kewenangan untuk diberi kepercayaan kepada PAN di bidang apa, untuk membantu beliau pasti kita bantu, pasti kita carikan kader terbaik kita, (dan) kita carikan tokoh-tokoh yang setidaknya memenuhi tugas dan tanggung jawab Pak Jokowi agar fungsinya bisa berjalan," ucap Yohan.
Yohan juga mendukung pernyataan politikus PDIP Masinton yang hadir dalam diskusi itu. Ia mengaku letih dengan kehadiran Menteri yang justru sibuk memajang fotonya di mana-mana untuk kebutuhan politiknya menuju 2024 nanti.
"Tadi seperti apa yang disampaikan Bang Masinton jangan sampai ada yang terjadi ini ada menteri yang sibuk pasang baliho, pasang spanduk itu udah berhenti lah, udah capek kita justru pembantu presiden itu menimbulkan kegaduhan baru dengan kepentingannya," tukas dia. []
Sumber: akurat.co
Artikel Terkait
Menko Yusril Sebut Prabowo Siapkan Program KOMCAD untuk Terpidana Kasus Narkoba
Berhasil Dilantik jadi Menteri Investasi, Rosan Roeslani Ternyata Punya Kekayaan Senilai Lebih dari 860 Miliar!
Saling Bantah Anies vs Khoirudin PKS, Ini Pernyataan Lengkap Keduanya Lewat Pesan Suara
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!