Kagama dan UGM Mandul & Bungkam Terkait Isu Ijazah Jokowi?

- Selasa, 29 April 2025 | 20:20 WIB
Kagama dan UGM Mandul & Bungkam Terkait Isu Ijazah Jokowi?


Kagama dan UGM Mandul & Bungkam Terkait Isu Ijazah Jokowi?


Oleh: Sultan Nazir dan Heru Subagia

(Aktivis Kagama Peduli Klarifikasi Ijazah Jokowi)


UGM dan Alumnusnya sedang menjadi buah bibir percakapan media sosial. 


Ini sangat penting untuk didalami dan disikapi mengingat isu dan isi percakapan tersebut memuat kritik pedas dan juga ketidakpercayaan institusi dan organisasi UGM alumni seperti Kagama.


Tentunya, jika dibiarkan begitu saja berdampak merugikan bagi UGM dan juga para alumninya. 


Atau sebaliknya, justru adanya pembungkusan rapat-rapat isu -isu sensitif yang sedang menimpa UGM dan alumninya.


Mungkinkah pelibatan Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) dalam beberapa isu yang santer terjadi di lingkungan kampus Gadjah Mada.


Paling tidak ada beberapa yang mencuat di tingkat nasional. 


Pertama, tentang plagiarisme yang melibatkan seorang dosen UGM dengn penulis asing Pater Carey. 


Kedua, kasus pelecehan seksual yang berujung pada pemecatan seorang dosen. 


Dan ketiga, isu yang saat ini sedang viral dan menghebohkan tentang ijazah anggota kagama yang kebetulan mantan presiden Indonesia, Joko Widodo.


Dari semua isu tersebut, hampir tidak terdengar aspirasi Kagama. Justru masyarakat umum secara kebetulan alumni UGM yang getol menyuarakan klarifikasi ijazah Mantan Presiden Jokowi.


Secara organisasi, hanya Kagama Cirebon dengan Ketuanya Heru Subagia membombardir perjuangan isu transparansi ijazah Jokowi dibuka secara utuh dan independen.


Itu pun mendapatkan resistensi baik di PP Kagama dan UGM sendiri. Yang mengerikan lagi, di level anggota alumni UGM perjuangan Kagama Cirebon dan aktivis anggota Kagama yang aktif mendapatkan cemooh dan olok-olok yang luar biasa.


Secara individual, semua anggota Kagama sudah menyuarakan harapan masing-masing yang beragam dan dengan nuansa berbeda. 


Karena responnya individual, maka potensi memunculkan bias jauh lebih besar. Mana yang benar maupun salah menjadi tidak jelas


Pertanyaannya adalah apakah perlu kagama terlibat dalam isu internal kampus? Betulkan Kagama bungkam?


Kita ambil contoh pada saat kontestasi Pilpres saja kemarin, Kagama ikut mendorong anggotanya untuk secara emosional memilih yang sealmamater. Itu yang struktural bisa beda dengan banyak alumni di luar itu.


Kagama, Gerakan Civil Society?


Tidak mudah mencari figur yang berani berdiri netral dalam suasana politik yang demokrasi sedang terganggu karena dengan jumlah alumni yng ratusan ribu, jaringan menasional menjadi sasaran empuk buat menapak karier politik. Kritik-kritik menjadi tidak berguna karena sudah tertutup dengan ambisi.


Saya mungkin salah satu yng mengkritik peran politik Kagama di masa periode Mas Ganjar memegang jabatan ketua Kagama. 


Berkali-kali harus diingatkan untuk melihat Kagama sebagai gerakan masyarakat sipil yang menghargai keragaman, independensi, bebas kepentingan politik serta kritis terhadap kekuasaan.


Kembali dengan 3 kasus di atas apakah Kagama bisa ambil peran karena isu tersebut sudah mengganggu warga Kagama. 


Ia mengganggu dari sisi integritas, kepercayaan, dan juga komitmen alumni UGM pada bangsa dan negara.


Civil society menjadi aktor penting guna menciptakan sistem penerintahan yang baik. 


Keterlibatannya dalam kegiatan pemerintahan adalah untuk membantu memberikan masukan penyelesaian permasalahan publik yang ada di masyarakat kepada pemerintah.


Kasus-kasus yang sekarang terjadi di lingkungan kampus jangan sampai didiamkan oleh Kagama. 


Ketiga isu itupun masih simpang siur kebenarannya karena penyelesaiannyapun kurang memberikan semangat untuk menghargai daya nalar yang mudah dipahami oleh kalangan alumni. 


Sebagai insan yang didik dalam sebuah perguruan tinggi yg menghargai fakta dan data yang validasi teruji dengan benar maka pelibatan kagama menjadi sangat penting.


Semoga apa yang sudah digelorakan oleh Kagama Cirebon menuntut keadilan dan keterbukaan Polemik Ijasah Jokowi segera mendapatkan dukungan di internal organisasi hingga Kagama secara organisasi disebutkan demokratis, bijak menyerap aspirasi daerah-daerah. 


Kagama juga akan melahirkan embrio organisasi alumni kampus yng bisa dijadikan sebagai organisasi non pemerintah yang peduli dalam urusan pemberdayaan sipil ( Civil Society). ***

Komentar