Mahasiswa Bandung Viral, Kaya Mendadak dalam Semalam

- Minggu, 23 Maret 2025 | 22:45 WIB
Mahasiswa Bandung Viral, Kaya Mendadak dalam Semalam


POLHUKAM.ID -
Menjadi orang kaya adalah impian banyak orang di seluruh dunia, termasuk seorang mahasiswa di Bandung bernama Carles. Keinginannya untuk cepat kaya membuatnya rela menyisihkan uang demi membeli kupon perjudian Tanda Sumbangan Sosial Berhadiah (TSSB), yang harganya berkisar antara Rp200 hingga Rp600.

Padahal, dengan jumlah itu, ia bisa membeli 1-2 liter bensin atau 1-2 kg beras. Sesuatu yang lebih menguntungkan secara langsung. Apalagi, dia mahasiswa rantau dari Jakarta. Namun, karena impian besarnya untuk menjadi kaya raya, Carles memilih bertaruh pada kupon tersebut. Sekalipun peluang ruginya jauh lebih besar dibanding untung.

Ia berharap nomor kupon yang dibelinya cocok dengan hasil undian pemerintah. Setiap periode, pemerintah memang mengocok undian dan memberikan hadiah jutaan rupiah kepada pemenang. Dengan peluang yang begitu kecil, siapa pun yang menang bisa dianggap sebagai sosok yang luar biasa beruntung.

Tak disangka, Carles-lah sosok beruntung itu. Pada Kamis, 5 Desember 1985, seperti yang diberitakan oleh Berita Yudha (11 Desember 1985), pemerintah mengumumkan hasil undian melalui siaran radio.

Nomor kupon yang terpilih adalah 2758846. Tepat dengan yang dimiliki Carles. Dengan kemenangan itu, ia berhak menerima hadiah uang jutaan rupiah, jumlah yang cukup untuk membeli beras, bensin, emas, atau bahkan membayar biaya kuliah hingga lulus.

Seketika, Carles menjelma menjadi orang kaya baru dengan uang melimpah. Namanya pun langsung viral dan menjadi sorotan media.

Saat Judi Dilegalkan Pemerintah


Kisah Carles tidak bisa dipandang dari kacamata hari ini saat judi dianggap illegal. Apa yang dialami oleh Carles menjadi kelaziman di era Presiden Soeharto yang secara terbuka melakukan legalisasi judi lewat beragam nama kebijakan berbeda.

Sepanjang dekade 1980-an, pemerintah membuat banyak kebijakan undian sumbangan masyarakat. Sebut saja seperti Lotere Dana Harapan (1978), Tanda Sumbangan Sosial Berhadiah (1979), Kupon Berhadiah Porkas Sepakbola (1985), Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah (1987), dan terakhir Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (1989).

Seluruh kebijakan tersebut punya mekanisme sama. Pemerintah melalui Kementerian Sosial mencetak kupon undian untuk dibeli masyarakat di rentang harga berbeda. Lalu uang dari masyarakat dipakai modal pembangunan.

Sebagai timbal balik, masyarakat akan mendapat uang jutaan hingga miliaran rupiah dari tebakan kupon undian. Tentu saja uang diperoleh dengan peluang sangat kecil.

Jika kupon yang dibeli sesuai dengan pengumuman, maka si pembeli mendapat uang hadiah. Dari jutaan peserta, hanya 1-2 orang saja yang berhasil menang. Jadi, seseorang yang memenangkan undian ini membuat jatah hoki seumur hidupnya terpakai.

TSSB, yang dimenangkan Carles, memiliki dasar hukum UU No.2 Tahun 1954 tentang Undian. Tempo (20 November 1993) mencatat, pemerintah sudah mencetak 4 juta lembar selama 9 tahun periode TSSB yang diundi setiap dua minggu sekali. Semuanya diserahkan kepada Yayasan Dana Bhakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS) yang kemudian dipakai untuk bantuan sosial. 

Selama proses TSSB pemerintah mendapat dana segar Rp1 triliun. Nominal uang sebesar itu balik ke masyarakat hanya ratusan juta lewat mekanisme kupon undian. Sekalipun prosesnya tak berbeda dengan perjudian, pemerintah menolak telah melakukan kegiatan haram itu. 

Sumber: cnbc

Komentar