'Pasar Menolak Duet Prabowo-Jokowi, Indonesia Semakin Gelap Gulita!'
Rontoknya nilai IHSG tidak membuat Prabowo melakukan evalusai terhadap kebijakan-kebijakan yang telah diambil. Sebaliknya, ini yang disayangkan, Prabowo meremehkan kejadian ini dengan mengatakan rakyat tidak tahu apa itu bursa.
Tragedi Selasa gelap di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan sinyal penolakan pasar terhadap Presiden Prabowo karena banyak kebijakannya yang dianggap anti pasar atau setidaknya tidak memberikan kepastian kepada para investor.
Harga-harga saham unggulan berguguran karena terjadinya aksi jual di lantai bursa oleh pialang asing. Celakanya, langkah gelap ini diikuti oleh pialang lokal sehingga harga-harga saham berguguran satu per satu.
Pada hari naas itu IHSG sempat anjlok sebesar 6,12 persen yang membuat perdagangan di lantai bursa dihentikan untuk sementara.
Kinerja BEI terburuk di Asia pada hari itu. Sementara bursa-bursa saham di seluruh Asia mencatat kenaikan, di pihak lain hanya BEI yang mengalami keterpurukan.
Selasa gelap 18 Maret 2025 menunjukkan reaksi sebab-akibat biasa di lantai bursa. Mekanisme pasar biasa yang digerakkan oleh permintaan dan penawaran biasa yang dikenal dengan invisible hand seperti diteorikan oleh pemikir ekonomi Adam Smith pada abad ke-18.
Namun kejadian gelap di lantai bursa ini menjadi tidak biasa karena bergugurannya harga-harga saham unggulan dipicu sebagian besar oleh faktor internal yaitu sinyal anti pasar oleh Presiden Prabowo sendiri.
Analis yang dikutip media-media asing mengatakan panic selling di lantai bursa disebabkan oleh tidak jelasnya sumber pembiayaan MBG, pendirian Danantara, pembangunan IKN, rumor mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan terakhir, rencana disahkannya RUU TNI.
Investor asing merasa kebijakan pemerintah dalam menangani hal-hal ini mengkhawatirkan dan melawan logika pasar.
Investor tidak yakin dengan masa depan ekonomi Indonesia karena pembiayaan MBG berasal dari dana yang dipotong dari program-program di berbagai kementerian—yang memicu munculnya kekhawatiran akan absennya disiplin fiskal pemerintahan Prabowo.
Pendirian Danantara, lembaga yang menampung dana dengan jumlah super besar, yang pengelolaannya dipercayakan kepada orang-orang politik, tidak membuat yakin investor asing.
Mangkraknya IKN yang telah memakan dana besar dan kelanjutan pembangunannya membuat investor khawatir akan pengaruhnya pada ekonomi nasional.
Isu mundurnya Sri Mulyani membuat investor bertanya-tanya mengenai masa depan dan kebijakan ke depan.
Dan, yang tidak kalah pentingnya, ngebetnya DPR dan pemerintah mengesahkan RUU TNI yang menuai kontroversi dan penolakan publik dilihat investor asing sebagai anti demokrasi.
Sebenarnya Selasa, 18 Maret 2025 bukanlah satu-satunya kejadian menurunnya nilai IHSG yang disebut pengamat sebagai penolakan terhadap pemerintahan Prabowo. Pada 21 Oktober, atau satu hari setelah Prabowo dilantik, IHSG turun 0,86 persen.
Setelah Danantara diluncurkan pada 24 Februari 2025, lantai bursa bereaksi negatif dengan turunnya IHSG sebesar 2,4 persen.
Meskipun IHSG naik tipis pada perdagangan hari Rabu dan Kamis, namun pada perdagangan hari Jumat, 21 Maret 2025, IHSG kembali anjlok sebesar 1,94 persen.
Volatilitas ini diperkirakan akan terus berlangsung selama tahun 2025 di tengah tidak menentunya kebijakan pemerintah di bawah Presiden Prabowo dalam menangani berbagai macam hal.
Namun begitu, Prabowo kelihatan tidak sensitif dengan soal-soal ekonomi ini, meskipun pendukungnya selalu membanggakannya sebagai putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo.
Rontoknya nilai IHSG tidak membuat Prabowo melakukan evalusai terhadap kebijakan-kebijakan yang telah diambil.
Sebaliknya, ini yang disayangkan, Prabowo meremehkan kejadian ini dengan mengatakan rakyat tidak tahu apa itu bursa.
Di dalam negeri, legitimasi Prabowo semakin susut oleh karena banyaknya persoalan yang tidak sesuai dengan harapan rakyat dan bertentangan dengan apa yang dinarasikannya selama ini. Dia melakukan efisiensi padahal jumlah kabinetnya sangat besar, mungkin yang terbesar di dunia.
Rapat-rapat diadakan di hotel mewah padahal ada gedung sendiri yang bisa dipakai—yang tidak menunjukkan adanya efisiensi.
Prabowo pernah mengatakan akan mengejar koruptor bahkan sampai Antartika. Baru-baru ini dia kembali mengatakan akan membangun penjara di pulau terpencil.
Namun pernyataan-pernyataan Prabowo sejauh ini hanya berhenti di pernyataan saja yang tidak punya kenyataan di lapangan.
Publik dengan gampang menegasikan pernyataan-pernyataan tersebut karena Jokowi dan keluarganya yang sudah berulang kali dilaporkan ke KPK tidak kunjung diproses hukum.
Prabowo harus paham bahwa publik, juga pasar, lebih percaya tindakan dan kenyataan daripada seribu kata dan janji. Ini sesuai dengan kata pepatah Inggris yang sangat terkenal, action is louder than words.
Seribu janji dan pidato yang kosong tidak ada artinya dibandingkan dengan satu tindakan nyata yang bisa meyakinkan pasar dan publik.
Jadi, Presiden Prabowo tidak perlu bertemu dengan para konglomerat yang kini dikenal sebagai gerombolan oligarki kalau tujuannya untuk meyakinkan pasar di bursa saham.
Pertanyaan yang harus dijawab: apa jaminannya pasar akan kembali menggeliat, terjadinya aksi beli besar-besaran yang akan menaikkan IHSG setelah Prabowo bertemu para konglomerat itu?
Apakah Prabowo nanti akan membujuk mereka membeli saham-saham yang sudah jatuh harganya itu—yang tentu saja ini melawan prinsip pasar?
Langkah-langkah instan dan tidak organik seperti ini selalu artifisial. Kalau filosofi hidupnya seperti ini, maka apa bedanya dengan salah satu anggota kabinetnya yang bernama Bahlil yang membuat disertasi secara curang untuk mendapatkan gelar Doktor.
Semua orang yang cukup terdidik tahu pasar tidak bisa dibohongi dengan gimmick murahan.
Hal yang sama, disertasi doktoral juga harus ditulis sendiri dengan riset sendiri sehingga kelak ketika ujian, si mahasiswa bisa menjawab pertanyaan penguji.
Prabowo mestinya bisa menjaga sensitivitas pasar yang bisa bergejolak hanya karena salah ucap yang keluar dari lisannya sendiri.
Mengatakan rakyat tidak mengenal saham hanya untuk lari dari kelemahan pemerintahannya yang tidak dipercayai lantai bursa sangatlah fatal.
Ini sama saja dengan ingin memadamkan kebakaran dengan menyiramkan bensin. Justru apinya tambah besar dan membara.
Seorang pemain saham yang juga dikenal sebagai aktivis medsos mengatakan pernyataan Prabowo ini turut menyebabkan semakin jatuhnya IHSG.
Tetapi, dari semua ketidakjelasan dan paradoks selama lima bulan Prabowo menjabat, yang paling dibenci rakyat adalah gestur politiknya yang selalu kelihatan melindungi Jokowi.
Prabowo mengatakan Jokowi adalah guru politiknya dan pada sebuah acara Gerindra, dia berteriak dengan suara serak, “Hidup Jokowi!”
Prabowo tidak perlu seperti itu. Dia harus berdiri dan membuat pembatas yang jelas antara yang benar dan yang salah. Siapapun yang salah dan melanggar hukum harus diadili, termasuk Jokowi sendiri.
Nabi Musa saja yang dibesarkan oleh keluarga Fir’aun setelah diselamatkan dari Sungai Nil tetap menyampaikan mana yang benar dan mana yang salah.
Nabi Musa pantang mengatakan “Hidup Fir’aun” manakala dia tahu Fir’aun berbuat zalim kepada Bani Israil.
Prabowo mesti kembali ke jatidiri semula, menjadi putra seorang begawan ekonomi terhormat, yang dulu dikenal cerdas dan memegang nilai-nilai moral yang tinggi.
Memposisikan diri sebagai murid politik Jokowi yang kini dikenal sebagai penjahat kemanusiaan tidak hanya membuat pasar semakin bergejolak, tetapi juga menurunkan nilai kemanusiaan Prabowo sendiri.
Baru lima bulan Prabowo salah jalan, dan ini belum terlambat. Tapi itu kembali terpulang kepada Prabowo sendiri bagaimana ia ingin dikenang setelah mati dan bagaimana ia ingin bernasib di akhirat kelak.
Pasar sudah mengirim sinyal: duetnya dengan Jokowi penjahat kemanusiaan biang pemicu Indonesia gelap simply doesn’t work.
Justru duet maut ini membuat Indonesia maut dan semakin gelap gulita. ***
Artikel Terkait
Amankan Aksi Demo di Malang, Polisi Diduga Menyasar Tim Medis, Netizen: Gak Beda sama Zionis
Momen Langka, Putra-Putri Presiden dari Pertama sampai Terakhir Kumpul di Ultah Didit
Viral Menteri PPN Sebut Makan Bergizi Gratis Lebih Mendesak daripada Lapangan Pekerjaan
Rismon Hasiholan Sianipar: UGM STOP BOHONG! Toko Fotocopy PRIMA Berdiri 1986! Kok Bisa Jokowi Cetak Skripsi Tahun 1985?