POLHUKAM.ID - Tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka harus menghadapi tantangan berat sektor ekonomi.
Selain soal ekonomi global yang tidak 'baik-baik' saja, banyak kebijakan yang ditelorkan tim ekonomi Kabinet Merah Putih (KMP)
Kebijakan yang banyak menjadi sorotan adalah pemotongan anggaran serta pembentukan Badan Penglola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Baru-baru ini, OCBC yang merupakan salah satu bank kakap di Singapura, memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di kuartal I-2025 hanya tumbuh 4,8 persen. Ini di luar kebiasaan, PDB biasanya menggeliat di level 5 persenan.
Kali ini, OCBC merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dari 5,1 persen menjadi hanya 4,9 persen.
Disebutkan, kebijakan Presiden Prabowo melakukan efisiensi dengan memangkas anggaran kementerian dan Lembaga (K/L), seharusnya tidak ada masalah jika tepat sasaran dan terukur.
Namun, kebijakan tersebut malah memberikan tekanan terhadap perekonomian nasional.
Termasuk tutupnya sejumlah industry padat karya membuat pergerakan ekonomi diprediksikan emakin berat.
Ekonom OCBC Lavanya Venkateswaran, dan Ahmad A Enver sepakat bahwa sejumlah kebijakan di pemerintahan Prabowo Subianto justru melemahkan perekonomian di paruh pertama 2025.
Artinya, masih ada peluang untuk melakukan perbaikan di paruh kedua.
Ke depan, terlihat masih kuatnya 'ketidakpastian yang tinggi' terkait realokasi anggaran serta pelaksanaannya.
Ditambah minimnya penerimaan negara serta beban berat keuangan dari pembentukan BPI Danantara.
"Perlambatan fiskal pada 2025 tidak dapat dikesampingkan," kata ekonom OCBC.
Sebelumnya, Fitch Ratings, sebuah lembaga pemeringkat global, punya prediksi sama.
Bahwa pertumbuhan ekonomi RI mentok 5 persen pada tahun ini. Tahun depan melambat 4,9 persen.
Tanpa reformasi struktural, sangat berat mewujudkan ambisi Presiden Prabowo untuk menumbuhkan ekonomi hingga 8 persen. Meski Fitch Ratings mempertahankan peringkat surat utang negara (SUN) di kategori investment grade, dengan peringkat 'BBB' dan outlook stabil, bukan berarti aman dari masalah. "Outlook fiskal Indonesia ke depan masih sangat tidak pasti, terutama dalam jangka menengah," tulis Fitch Ratings.
Tak kalah panas, Goldman Sachs Group Inc, bank investasi global yang berpusat di New York, menyampaikan rekomendasi bagi investor untuk lebih berhati-hati sebelum belanja produk keuangan di Indonesia.
Karena itu tadi, risiko fiskal mengalami kenaikan sebagai dampak dari kebijakan pemerintah.
Alhasil, Goldman menurunkan peringkat saham Indonesia dari 'overweight' menjadi 'market weight' dan menyesuaikan rekomendasi untuk surat utang negara tenor 10 sampai 20 tahun, menjadi_'neutral' dari sebelumnya sebagai obligasi negara favorit.
Keputusan Goldman itu keluar setelah sebelumnya mereka melansir perkiraan kenaikan defisit fiskal Indonesia pada 2025, menjadi_2,9 persen dari PDB yang semula diproyeksikan 2,5 persen.
Senada Goldman, sebuah institusi jasa keuangan global yang berpusat di New York juga, Morgan Stanley memangkas rekomendasi saham MSCI Indonesia dari 'equal weight' menjadi_'underweight', dalam riset yang dirilis 19 Februari 2025.
Tentu saja, proyeksi dari sejumlah lembaga internasional itu, disusun dengan cermat dan hati-hati. Semuanya berbasiskan data serta perkembangan di pasar.
Termasuk arus modal keluar alias capital outflow yang mencapai Rp23,61 triliun sepanjang tahun ini.
Pun demikian, Bank Indonesia (BI) mencatat rasio tabungan pada Februari 2025 jeblok ke level 14,7 persen.
Kondisi saat ini tak beda jauh dengan April 2021 ketika pandemi COVID-19, rasio tabungan di level 14,8 persen.
Artinya, rakyat harus menguras tabungan, istilahnya 'mantab' (makan tabungan) demi bertahan hidup. Masih beruntung yang punya tabungan.
Sumber: Inilah
Artikel Terkait
Ungkap Kekecewaan Pada Fenomena BBM Oplosan, Said Aqil: Rugikan Rakyat
Kakak-Adik Masuk Islam, Seorang Cewek Ikrar Syahadat Air Matanya Langsung Mengalir
Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Akan Dibuka Sekitar April 2025
Korban Penipuan Kacab Maybank Rp30 Miliar Meninggal Dunia, Depresi Berujung Serangan Jantung