SERU! Perang Bubat Mega-Jokowi: 'Ketegangan Yang Semakin Terbuka'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Ketegangan antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan mantan Presiden Joko Widodo kini telah memasuki babak baru yang lebih eksplisit.
Jika sebelumnya friksi di antara keduanya hanya beredar dalam spekulasi politik dan manuver di balik layar, kini perbedaan sikap tersebut telah menjadi pertarungan terbuka di hadapan publik.
Puncaknya terlihat dalam peristiwa larangan Megawati terhadap para kadernya yang menjabat sebagai kepala daerah untuk menghadiri retreat kepemimpinan di Magelang, sementara Jokowi justru mendorong kehadiran mereka.
Ini bukan sekadar benturan kebijakan, melainkan simbol dari perang politik dua kekuatan besar dalam panggung politik nasional.
Megawati Mengendalikan Kader, Jokowi Mencoba Menggiring
Sebagai pemimpin partai, Megawati jelas ingin menegaskan otoritasnya terhadap kader-kader PDI Perjuangan, terutama mereka yang menduduki jabatan strategis di daerah.
Larangan tersebut tidak bisa dilihat sebagai sekadar instruksi biasa, melainkan pesan tegas bahwa Megawati tidak ingin ada kadernya yang berhubungan dengan agenda politik Jokowi.
Ini adalah upaya menjaga loyalitas partai dan membatasi pengaruh Jokowi yang belakangan semakin terang-terangan berseberangan dengan PDI-P.
Sebaliknya, Jokowi, yang kini bukan lagi kader PDI-P dan telah selesai menjabat sebagai presiden, semakin terlihat membangun basis kekuatannya sendiri di luar partai yang dulu membesarkannya.
Retreat di Magelang yang digagasnya dianggap sebagai ajang konsolidasi kekuatan politik, khususnya dalam menghadapi dinamika politik pasca-Pilpres 2024.
Dengan meminta kepala daerah untuk hadir, Jokowi ingin menunjukkan bahwa dirinya masih memiliki pengaruh kuat atas para pemimpin daerah, termasuk mereka yang berasal dari PDI-P.
Ini adalah langkah strategis Jokowi untuk mengamankan loyalitas para kepala daerah dalam proyek politiknya ke depan.
Dimensi Perang Politik Mega vs Jokowi
Konflik ini menunjukkan adanya perpecahan yang semakin lebar di tubuh PDI-P dan dalam lingkaran pengaruh Jokowi.
Ketika Jokowi masih menjadi bagian dari PDI-P, Megawati bisa mengontrolnya sebagai kader partai.
Namun, setelah dua periode memimpin dan membangun basis kekuatannya sendiri-pasca diberhentikan dari PDI-P, Jokowi mulai melawan secara terbuka kepada Megawati.
Peristiwa retreat di Magelang ini memperlihatkan dengan jelas bahwa Jokowi ingin menunjukan perlawanan kepada Megawati, bahkan bisa jadi ingin mencoba membentuk poros kekuatannya sendiri.
Lebih jauh, pertikaian ini juga menandakan bahwa dinamika politik nasional akan semakin penuh intrik dan pertarungan kepentingan.
Megawati tampaknya berusaha keras memastikan bahwa PDI-P tetap solid dan tidak terseret ke dalam orbit kekuatan lain dan ingin semakin mandiri.
Sementara itu, sisi lain Jokowi tampak ingin mengamankan masa depan politiknya sendiri dengan membangun aliansi baru yang bisa menopang pengaruhnya pasca-pensiun dari kursi kepresidenan.
Konsekuensi dan Dampaknya ke Depan
Pertikaian ini tentu membawa konsekuensi besar bagi peta politik nasional.
Pertama, PDI-P kemungkinan akan mengalami fragmentasi internal yang lebih dalam jika ada kader yang membangkang terhadap instruksi Megawati dan tetap menghadiri retreat Magelang. Ini bisa menjadi ujian loyalitas bagi para kepala daerah dari PDI-P.
Kedua, jika Jokowi berhasil mengumpulkan dukungan dari para kepala daerah ex-pdip, ini akan menjadi ancaman besar bagi PDI-P dalam mempertahankan pengaruhnya di daerah, terutama menjelangkongres PDIP yad.
Ketiga, bagi partai-partai lain, perpecahan ini bisa menjadi peluang untuk mengambil posisi strategis.
Partai-partai yang selama ini berseberangan dengan PDI-P atau mencari celah untuk memperbesar pengaruhnya bisa memanfaatkan situasi ini untuk memporak-porandakan konstilasi yang terjalin dengan kekuasaan saat ini.
Pada akhirnya, pertarungan ini bukan lagi sekadar soal retreat di Magelang, tetapi simbol dari pergeseran kekuatan di politik nasional.
Apakah Megawati mampu mempertahankan kendali atas PDI-P dan kader-kadernya, ataukah Jokowi yang akan semakin sukses membangun poros politiknya sendiri?
Yang jelas, pertarungan ini belum akan berakhir dalam waktu dekat, dan justru akan semakin memanas seiring dengan dinamika politik pasca-Pilpres 2024. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Ini Dia 22 Kepala Desa Yang Harus Diperiksa Penegak Hukum Atas Dugaan Terlibat Kasus PIK 2
Viral, Hotman Paris Diduga Kena Santet Saat Sidang Kasus Razman, Netizen: Pesulap Merah Gimana Nie?
Blunder, Rudi Valinka Stafsus Menkomdigi Diduga Sebar UU Palsu, Pasrah Ketahuan Hoax?
Detik-detik Adik Bunuh Kakak Kandung Pakai Pedang di Sukabumi, Diduga Dipicu Perebutan Harta Warisan