POLHUKAM.ID - Baru-baru ini ada sebuah peristiwa yang menghebohkan terjadi ketika ada seorang guru taman kanak-kanak (TK) asal Indonesia yang bekerja di Jerman viral di media sosial.
Hal itu dikarenakan guru TK di Jerman ini memberikan jawaban yang menohok usai diragukan nasionalismenya oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia.
Perlu diketahui, Bahlil secara tegas mengatakan bahwa ia mempertanyakan nasionalisme WNI yang pindah ke luar negeri untuk bekerja hingga berpindah kewarganegaraan.
"Kalau teman-teman berpikir untuk pindah ke luar negeri, saya malah meragukan nasionalisme kalian," kata Bahlil.
Adanya pernyataan tersebut, guru TK di Jerman ini mengatakan dirinya sangat beruntung jika kabur dari Indonesia. Hal itu usai mendengar pernyataan dari Menteri Bahlil.
"Jadi kalau saya tinggal di Jerman, artinya saya nggak cinta Indonesia? Saya setiap hari saya selalu bikin konten edukasi untuk para orang tua dan guru di Indonesia," tulis guru TK di Jerman bernama Vicky Natasha, dikutip VIVA dari unggahan TikTok pribadinya, Kamis 20 Februari 2025.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa nasionalisme itu dinilai bukan soal tinggal di mana. Bahkan dirinya mengaku sukses di Jerman tempat tinggal bisa memberikan peluang kerja bagi masyarakat Tanah Air.
"Nasionalisme itu bukan soal kita tinggal di mana pak, tapi apa yang kita lakukan untuk bangsa Indonesia di mana pun berada, bahkan saya sukses di Jerman saya bisa membuka lapangan masyarakat Indonesia, Bapak emang udah bisa ngasih makan rakyat?" tambahnya.
Alhasil adanya hal tersebut menjadi tren pagar #KaburAjaDulu yang menghebohkan media sosial Tanah Air. Tagar tersebut digunakan bagi warga Indonesia yang sedang berusaha untuk "melarikan diri" dari Indonesia lantaran kondisi negara yang dinilai sedang buruk.
Hingga saat ini, diskusi mengenai topik ini masih ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial. Banyak dari warganet yang setuju dengan jawaban guru TK di Jerman tersebut.
"Saya setuju dengan apa yang diomongin oleh guru TK di Jerman, ya memang Indonesia kalau masalah lapangan kerja kacau karena ada banyak peraturan, semoga bisa jadi pelajaran untuk pemerintah," tulis komentar warganet dalam unggahan tersebut.
"Lebih baik dibilang ga nasionalisme tapi gak ngerugiin siapa pun. Daripada bilang sok nasionalisme tapi nyusahin rakyatnya," timpal warganet lainnya.
Sumber: viva
Artikel Terkait
JOKOWI: Mantan Presiden Tanpa Kemuliaan, Kehormatan dan Penghormatan
Presiden Prabowo Menghadapi Pedang Bermata Dua
JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Rans Nusantara Hebat Milik Raffi Ahmad dan Kaesang Tutup Mulai Akhir Februari 2025