NDASMU: Komunikasi Politik Yang Humanis - Solusi di Tengah Frustrasi Generasi Muda

- Selasa, 18 Februari 2025 | 13:20 WIB
NDASMU: Komunikasi Politik Yang Humanis - Solusi di Tengah Frustrasi Generasi Muda


NDASMU: 'Komunikasi Politik Yang Humanis - Solusi di Tengah Frustrasi Generasi Muda'


Oleh: Ali Syarief

Akademisi


Komunikasi politik yang baik bukan sekadar pelengkap dalam tata kelola pemerintahan, tetapi merupakan bagian integral dari fungsi pelayanan negara kepada rakyatnya. 


Dalam konteks pemerintahan yang demokratis, pola komunikasi yang efektif harus mampu menjembatani kebijakan pemerintah dengan kebutuhan, harapan, serta kegelisahan masyarakat. 


Sayangnya, di Indonesia saat ini, komunikasi politik masih sering dilakukan dengan cara yang tidak sensitif terhadap realitas sosial yang ada.


Fenomena tagar #IndonesiaGelap dan #KaburAjaDulu yang ramai di media sosial mencerminkan frustrasi generasi muda terhadap situasi ekonomi dan politik yang semakin menekan. 


Meningkatnya ketidakpastian dalam dunia kerja, maraknya praktik politik transaksional, serta ketimpangan sosial yang makin melebar memicu perasaan apatis di kalangan pemuda. 


Alih-alih berusaha meredam kegelisahan ini dengan pendekatan yang persuasif dan konstruktif, pemerintah justru kerap merespons dengan sikap defensif atau bahkan sarkasme. 


Presiden Prabowo, misalnya, beberapa kali melontarkan komentar yang kurang bersahabat terhadap kritik, yang justru semakin memperlebar jurang komunikasi antara pemerintah dan rakyatnya.


Dalam kondisi seperti ini, peran para juru bicara pemerintah atau ‘juru penerang’ menjadi sangat penting. 


Komunikasi yang smart dan elegan diperlukan untuk membangun kembali kepercayaan generasi muda terhadap negara. 


Generasi yang sedang gelisah ini bukanlah kelompok yang mudah dimanipulasi dengan retorika kosong; mereka adalah individu-individu terdidik dan terpelajar yang memiliki akses luas terhadap informasi dan mampu menganalisis situasi dengan kritis. 


Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadopsi pendekatan komunikasi yang lebih inklusif, berbasis data, dan mengedepankan empati.


Penjelasan yang nyaman dan komprehensif bisa menjadi jembatan untuk meredakan kegelisahan publik. 


Pemerintah harus mampu menunjukkan transparansi dalam kebijakan serta memberikan narasi yang membangun harapan dan solusi konkret. 


Alih-alih sekadar membanggakan angka-angka ekonomi atau proyek-proyek besar, komunikasi pemerintah seharusnya mampu menjawab keresahan nyata masyarakat dengan memberikan arah yang jelas dan realistis.


Jika pola komunikasi yang baik tidak segera diperbaiki, maka cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi harapan utopis belaka. 


Bonus demografi yang digadang-gadang sebagai keuntungan besar bagi Indonesia bisa berubah menjadi bencana sosial apabila tidak dikelola dengan baik. 


Generasi muda yang seharusnya menjadi tulang punggung bangsa akan kehilangan motivasi dan memilih untuk mencari masa depan di tempat lain. 


Oleh karena itu, pemerintah harus segera berbenah dan menyadari bahwa komunikasi politik yang baik bukan sekadar alat propaganda, melainkan fondasi utama dalam membangun kepercayaan publik dan memastikan masa depan bangsa yang lebih baik. ***


Sumber: FusilatNews

Komentar

Terpopuler