Indikasi kesuksesan bisa terlihat dari penuhnya tribun penonton yang hadir dan membeli tiket ajang balap mobil listrik itu. Tak ketinggalan, Presiden Jokowi dan sejumlah petinggi negara juga turut menyaksikan langsung event tersebut.
"Mau yang borong tiket itu Panitia, mau yang borong tiket itu Partai Politik, mau yang borong itu siapapun, lalu dibagi-bagi ke masyarakat untuk datang menonton, bukan itu poinnya. Poin yang paling penting adalah event ini terlihat ramai dihadiri oleh masyarakat," kata Teddy dalam keterangan persnya.
Ia menilai kalau sampai tiket tidak terjual habis dan tribun penonton sepi, maka yang disorot bukan panitianya tapi Pemerintah Indonesia, terutama Presiden Jokowi.
"Kita akan ditertawakan oleh masyarakat dunia. Jadi aksi borong tiket oleh berbagai pihak bisa jadi salah satu hal yang menyelamatkan wajah Indonesia," jelasnya.
Ia menilai Formula E menjadi pelajaran bagi kita semua, seharusnya sebelum mengadakan event besar maka harus dilihat apakah event yang akan diadakan itu diminati masyarakat Indonesia atau tidak?
"Event ini sepertinya kurang diminati sehingga aksi borong tiket terjadi," pungkasnya.
Aktivis pemuda itu menyarankan penyelenggaraan event internasional ke depan harus lebih fokus, mengedepankan persiapan yang matang dan tidak lagi ada drama yang heboh.
"Sehingga event Internasional didukung oleh masyarakat secara luas," harapnya.
Sumber: suara.com
Artikel Terkait
Geng Solo, Geng Trunojoyo, dan Oligarki
IJAZAH JOKOWI: Api Dalam Sekam Tak Pernah Padam, Deretan Penggugat Makin Panjang
Asas Hukum Pembuktian Afirmatif & Negatif: Polemik Ijazah Eks Presiden Joko Widodo
Strategi Pembersihan Senyap di Kabinet Warisan Jokowi