Pasalnya, orang kurang piknik tak bisa memahami makna dan hakiki perbedaan, tidak toleransi terhadap keragaman, hingga perbedaan yang merupakan sunatullah
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol. Ahmad Nurwakhid mengatakan bahwa hal tersebut harus dipahami bersama.
“Relevan dengan hal ini pendekatan seni dan budaya menjadi penting karena dengan seni dan budaya akan bangkit spiritualitas di dalam kehidupan beragamanya,” ujarnya, dilansir dari Antara, Rabu (1/6).
Ahmad memaparkan radikal terorisme adalah cermin krisis spiritualitas dalam beragama dan berbangsa.
Mereka lebih menonjolkan ritualitas dan simbol-simbol formal keagamaan tetapi lemah di bidang budi pekerti, lemah di bidang akhlak, dan lemah di bidang spiritualitas.
"Spiritualitas bisa bangkit kalau hati lembut, kalau hati penuh kasih sayang, penuh toleransi," ucapnya.
Lebih lanjut, Ahmad menegaskan bahwa radikalisme dan terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apa pun.
Sebab, tak ada satu pun agama yang membenarkan tindakan radikal dan teror.
Akan tetapi, kata dia, radikalisme terkait dengan cara beragama dan pemahaman keagamaan yang salah dan menyimpang dari oknum umat beragama.
Biasanya, hal itu didominasi oleh umat beragama yang menjadi mayoritas di suatu wilayah atau suatu negara.
Ahmad menuturkan bahwa kebetulan di Indonesia mayoritasnya adalah Muslim, sehingga banyak teroris yang ditangkap dan diproses hukum memiliki KTP Muslim.
"Saya tidak berani mengatakan agama Islam, karena Islam yang saya pahami yang saya yakini sangat mulia, sangat tinggi," katanya.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Dua Keponakan Jokowi Pejabat di Pertamina, Apakah Ada Hubungannya dengan Gaduh LPG 3Kg?
Best UK Proxy: Unlock a World of Opportunities with Secure and Reliable Browsing
Gibran Sering Buat Konten Bersama Anak Sekolah, Publik Curiga: Prospek Buat 2029?
Kecewa Dipecat, Eks Karyawan di Bali Culik Anak Bos Minta Uang Tebusan Rp100 Juta