UAS dikabarkan tidak diperbolehkan masuk ke Singapura lantaran diduga pro-ekstrimis di dalam ceramahnya.
“Kita tidak bisa menyalahkan hal itu. Sebab, tiap negara bisa memilih. Apakah mau berdemokrasi penuh, setengah demokrasi, atau tidak sama sekali,” ujar Ray kepada GenPI.co, Sabtu (21/5).
Menurut Ray, seharusnya Indonesia yang menghormati Singapura yang tidak mengizinkan UAS untuk masuk ke negaranya.
“Kita seharusnya memahami ketentuan-ketentuan yang berlaku di negara lain. Pihak tamu tentu ikut aturan yang berlaku di rumah orang lain,” ucapnya.
Oleh karena itu, semua pihak seharusnya menahan diri agar tidak marah dan atas hal tersebut.
“Pilihan yang tersedia tentu adalah tidak mendatanginya (Singapura, red),” kata dia.
Menurutnya, ada hikmah penting dari peristiwa tersebut, yakni betapa indah kebebasan berbicara dan bertindak di Tanah Air.
“Kebebasan itu satu prinsip dasar dari kemanusiaan di dalam sistem demokrasi,” ucapnya.
Oleh sebab itu, semua pihak harus menjaga demokrasi di Indonesia agar kemanusiaan kita tetap terjaga.
“Mudah-mudahan peristiwa ini juga menambah kecintaan UAS terhadap demokrasi. Di dalam sistem demokrasilah corak segala pemikiran dapat dikembangkan,” ujar Ray Rangkuti.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Agar Petani Tidak Rugi, Prabowo Minta Bulog Wajib Beli Gabah Rp 6.500 Per Kilogram
LHKPN Raffi Ahmad, Harta 1 Triliun, Punya 45 Tanah dan 23 Kendaraan
Nelvin Ndruru, Bocah 10 Tahun di Nias Selatan, Menjadi Korban Penyiksaan oleh Keluarga Ayah
PSSI Rencana Undang Timnas Belanda Untuk Melawan Timnas Indonesia