Menurutnya, selama ini BUMN memiliki dua peran, yaitu value creator dan agent of development. Untuk agent of development, menurutnya, BUMN ini sebagai institusi yang dapat mendobrak ketija ada ketidakseimbangan di pasar.
"Contoh di awal Covid ketika harga masker Rp100 ribu BUMN menggelar operasi pasar dengan harga Rp5 ribu kita lakukan itu, ketika ada bencana BUMN punya satgas duluan yang datang membantu bencana," ujar Erick dalam pembekalan calon pegawai BUMN dipantau virtual, Rabu (18/5/2022).
Erick mengatakan, pihaknya juga memetakan sumbangan yang masuk ke suatu bencana agar tidak berlebihan dan juga dapat memberikan bantuan pascabencana.
"Kita ini memetakan dan mendorong daripada sebuah kebijakan yang bisa dirasakan masyarakat, CSR kita sekarang kita ubah, sekarang kita CSR-nya tiga, pendidikan, lingkungan hidup, dan pembantuan UMKM di sisi digital marketing ini kita dorong," ujarnya.
Lanjutnya, BUMN juga secara korporasi terus membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia, salah satu contohnya dengan mendorong jumlah nasabah PNM Mekar di desa.
"Yang pinjaman 1 sampai 4 juta tanpa agunan sekarang jumlah nasabahnya 12,7 juta. Ketika di kota lapangan pekerjaan hilang karena Covid, program BUMN yang memberikan itu tumbuh 7,1 juta nasabah pada saat Covid. Artinya pembukaan lapangan pekerjaan di desa-desa sampai 7,1 juta," ungkapnya.
Menurutnya, hal tersebut bisa terjadi bila perusahaan pelat merah dalam kondisi sehat, di mana tidak mungkin perseroan bisa melakukan intervensi atau memberikan CSR jika dalam keadaan merugi atau bahkan bangkrut.
Maka dari itu, menurut Erick, penting sekali BUMN yang qitoh-nya menjadi sebuah perushaaan koorporasi yang sehat yang bisa bersaing, tidak hanya di indonesia tetapi juga dunia.
"Kita harus bisa kalau negara lain bisa, Singapura bisa, Malaysia bisa, China bisa, kenapa kita tidak bisa? Harus bisa. Sudah sejak lama sumber daya alam kita hanya dimanfaatkan negara lain untuk pertumbuhan ekonomi di negara lain, membuka lapangan pekerjaan di negara lain, market kita yang besar hanya dijadikan market oleh negara lain," ujar Erick.
Selain itu, Erick mengatakan juga menerapkan expertise bisnis model yang bagus. Hal tersebut dilakukan karena jika sebuah perusahaan tidak memiliki kekuatan sendiri maka akan tergerus dengan perkembangan zaman.
"Bisnis berubah seperti Nokia yang hilang, karena tidak beradaptasi dengan perubahan-perubahan, tertinggal, bisnis yang tidak beradaptasi apalagi yang tidak memiliki core sebagai kekuatan akan hilang. Harus menjadi champion. Karena itu juga kita bersinergi, kita mendorong yang namanya digitalisasi inovasi bisnis. Modelnya bagus tapi perlu ada inovasi, kita terbuka bekerja sama dengan universitas, para kreator kita lakukan," tutupnya.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Terungkap! Aplikasi Coretax Ternyata Menelan Anggaran Rp 1.6 Triliun, Ada Tambahan Biaya 300 Miliar!
Detik-detik Geng Rusia Pakai Rompi Polisi Rampok Warga Ukraina di Bali, Kerugian 3.2 Miliar!
Agar Petani Tidak Rugi, Prabowo Minta Bulog Wajib Beli Gabah Rp 6.500 Per Kilogram
LHKPN Raffi Ahmad, Harta 1 Triliun, Punya 45 Tanah dan 23 Kendaraan